Penurunan Suku Bunga BI Belum Berdampak Signifikan pada Suku Bunga Floating KPR

Penurunan Suku Bunga BI Belum Berdampak Signifikan pada Suku Bunga Floating KPR
Penurunan Suku Bunga BI Belum Berdampak Signifikan pada Suku Bunga Floating KPR

Jakarta - Penurunan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) ke level 5,75% belum memberikan dampak signifikan terhadap bunga floating Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di sektor perbankan. Meskipun BI telah menurunkan suku bunga acuannya, rata-rata Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) untuk segmen KPR di bank umum masih bertahan pada angka 9,28% berdasarkan data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Selasa, 4 Februari 2025.

Di antara bank dengan modal inti besar, Bank Komersial Bank Modal Inti (KBMI) 4 masih menunjukkan variasi suku bunga SBDK yang berkisar antara 9% hingga 12%. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) melaporkan SBDK terendah untuk segmen KPR pada angka 9,32% dengan margin keuntungan sekitar 1,96% per 7 Januari 2025. Sementara itu, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) mencatat SBDK sebesar 9,51%, tertinggi di antara kelompok ini dengan margin keuntungan mencapai 4,65% per 31 Januari 2025.

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) mematok SBDK segmen KPR di angka 10%, dengan margin keuntungan sebesar 2,90% per 1 Januari 2025. Sedangkan, PT Bank Mandiri Tbk menetapkan SBDK tertinggi di segmen ini, yaitu 12,50%, dengan margin keuntungan sebesar 2,80%.

Direktur Retail Banking BNI, Corina Leyla Karnalies, menyampaikan pandangannya mengenai dampak penurunan suku bunga acuan BI terhadap suku bunga KPR. "Turunnya suku bunga acuan memberi sinyal positif terhadap penyaluran kredit KPR. Namun demikian, biasanya perlu waktu beberapa bulan agar biaya dana perbankan bisa mengikuti penurunan BI Rate. Selain itu, faktor persaingan di pasar juga menjadi pertimbangan bank," jelas Corina kepada kontan.co.id.

Mengutip situs resmi BNI, KPR BNI Griya menawarkan suku bunga mulai dari 2,75% untuk berbagai keperluan, seperti pembelian rumah, apartemen, renovasi rumah, maupun take over fasilitas KPR dari bank lain. Per Desember 2024, BNI berhasil mencatat pertumbuhan kredit KPR sebesar 13,8% secara tahunan atau year on year (yoy) dengan total nilai mencapai Rp 66,5 triliun. "Dalam menggenjot KPR, kami akan memfokuskan pada ekspansi ke mitra developer kerjasama dan mitra corporate client BNI untuk penawaran produk-produk KPR BNI," tambah Corina.

Dari pihak PT Bank Mandiri Persero Tbk, Senior Vice President Consumer Loans, Reza Adriansyah, menuturkan strategi perusahaan dalam menghadapi dinamika persaingan suku bunga KPR. "Untuk bunga kredit, Bank Mandiri akan selalu kompetitif di market dan menghadirkan beragam terobosan yang dapat memenuhi kebutuhan market. Untuk bunga cukup beragam, tergantung masa fixed rate yang dipilih, dan kami merupakan salah satu yang paling kompetitif di market," ungkap Reza.

Mengacu pada laman resmi perusahaan, Bank Mandiri menawarkan bunga KPR mulai dari 3,55% untuk pembelian hunian, baik baru maupun seken. Pada November 2024, Bank Mandiri berhasil membukukan penyaluran KPR senilai Rp 67,3 triliun atau meningkat 16,6% yoy. Reza menyatakan optimisme perusahaan untuk terus melanjutkan laju pertumbuhan double digit di tahun ini, dengan dukungan kebijakan pemerintah dan support dari regulator.

Sementara itu, Welly Yandoko, Executive Vice President Consumer Loan BCA, menjelaskan bahwa perubahan suku bunga KPR tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh penurunan suku bunga acuan. "KPR BCA berkomitmen untuk memberikan suku bunga yang kompetitif sesuai dengan kebutuhan seluruh segmen masyarakat," ujar Welly.

KPR BCA menawarkan suku bunga spesial awal tahun yang bervariasi, termasuk suku bunga fix 5,40% untuk tiga tahun dan 6,40% untuk lima tahun dengan minimum tenor 10 tahun. Dengan strategi ini, BCA mencatatkan realisasi kredit KPR mencapai Rp 135,5 triliun per Desember 2024, meningkat 11,2% yoy dibandingkan tahun sebelumnya.

Di luar ketiga bank besar ini, program KPR BTN Platinum menyediakan suku bunga mulai 3,75%, dan KPR BRI menawarkan suku bunga mulai 3,65% untuk berbagai kebutuhan pembiayaan KPR. Kedua bank tersebut tetap menunjukkan daya saing dalam menawarkan produk KPR dengan suku bunga kompetitif demi menarik minat nasabah di tengah persaingan pasar yang ketat.

Meski suku bunga acuan BI telah diturunkan, bank-bank tersebut masih membutuhkan waktu untuk menyesuaikan tingkat bunga KPR sesuai dengan biaya dana dan faktor persaingan di pasar. KPR dengan suku bunga ringan menjadi incaran nasabah, sehingga bank-bank di tanah air pun berlomba-lomba menawarkan produk dan program KPR unggulan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.

Tri Kismayanti

Tri Kismayanti

Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Proyeksi Pertumbuhan Aset Dana Pensiun 2025: OJK Optimistis Capai 11%

Proyeksi Pertumbuhan Aset Dana Pensiun 2025: OJK Optimistis Capai 11%

OJK Dorong Literasi Aset Kripto untuk Lindungi Konsumen dan Majukan Industri

OJK Dorong Literasi Aset Kripto untuk Lindungi Konsumen dan Majukan Industri

OJK Soroti Tantangan Ekonomi Global di 2025: Transformasi dan Inovasi Jadi Kunci Pertumbuhan

OJK Soroti Tantangan Ekonomi Global di 2025: Transformasi dan Inovasi Jadi Kunci Pertumbuhan

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Terbitkan Peraturan Baru Tentang Rahasia Bank: POJK 44/2024

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Terbitkan Peraturan Baru Tentang Rahasia Bank: POJK 44/2024

Otoritas Jasa Keuangan Terbitkan POJK Nomor 44 Tahun 2024 Tentang Rahasia Bank: Langkah Baru untuk Penguatan Sektor Keuangan

Otoritas Jasa Keuangan Terbitkan POJK Nomor 44 Tahun 2024 Tentang Rahasia Bank: Langkah Baru untuk Penguatan Sektor Keuangan