Emas Jadi Penyumbang Terbesar Inflasi Nasional 2025 Berdasarkan Data Pemerintah
- Rabu, 26 November 2025
JAKARTA - Kenaikan inflasi nasional pada periode Oktober 2025 kembali memperlihatkan satu pola yang cukup menonjol: lonjakan harga emas yang terus mendominasi pergerakan inflasi di berbagai daerah.
Fenomena ini menjadi sorotan pemerintah pusat, terutama karena komoditas emas tidak hanya memberi pengaruh sesaat, tetapi juga mendorong inflasi baik secara tahunan maupun bulanan. Dalam konteks ini, Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri) Akhmad Wiyagus memaparkan bagaimana harga emas berperan besar terhadap inflasi nasional dan mengapa pengawasan harga harus diperkuat oleh pemerintah daerah.
Sorotan Awal Mengenai Kontribusi Emas
Baca JugaWamenkes Ingatkan Penanganan Pasien Darurat Harus Langsung Tanpa Rujukan
Dalam Rapat Pengendalian Inflasi Daerah yang berlangsung di Kantor Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Jakarta, Wiyagus menyampaikan bahwa inflasi nasional pada Oktober 2025 tercatat sebesar 2,86 persen secara year-on-year. Angka tersebut sebenarnya masih berada dalam rentang target inflasi nasional, yaitu antara 1,5 persen hingga 3,5 persen. Namun, komposisi penyumbang inflasi perlu dicermati, karena emas kembali menduduki posisi teratas dalam memberikan andil terhadap kenaikan inflasi.
“Komoditas yang menjadi penyumbang andil inflasi year-on-year yang terbesar di bulan Oktober 2025 adalah emas perhiasan, cabai dan beras,” jelas Wiyagus. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa meski harga pangan tetap memberi tekanan dalam beberapa kategori, justru komoditas non-pangan seperti emas yang menjadi pemicu utama kenaikan inflasi dalam periode tersebut.
Rincian Andil Komoditas terhadap Inflasi
Penjelasan Wiyagus memperlihatkan rincian cukup jelas mengenai kontribusi masing-masing komoditas. Secara tahunan, emas menyumbang kenaikan inflasi sebesar 0,68 persen. Cabai merah menyumbang 0,28 persen, disusul beras dengan 0,16 persen. Pemicu lainnya meliputi tarif air minum PAM sebesar 0,14 persen dan ikan segar 0,13 persen.
Sementara itu, secara month-to-month atau bulanan, pola yang sama kembali terlihat. Emas tetap memberikan kontribusi terbesar dengan andil 0,21 persen. Komoditas lainnya yang berpengaruh antara lain cabai merah sebesar 0,06 persen, telur ayam ras 0,04 persen, daging ayam ras 0,02 persen, serta wortel yang memberi andil 0,01 persen. Melalui data tersebut terlihat bahwa kenaikan harga emas bukan sekadar pergerakan sesaat, tetapi benar-benar memberikan dampak terukur pada inflasi nasional.
Lonjakan Harga Emas dan Faktor Penyebabnya
Wiyagus menegaskan bahwa kenaikan harga emas yang terjadi di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari situasi pasar global. “Emas menjadi salah satu komoditas yang mendorong terjadinya inflasi, baik secara year-on-year maupun month-to-month karena beberapa faktor yaitu harga emas yang melonjak cukup tinggi secara internasional akibat demand dan permintaan komoditas emas sehingga harga di Indonesia juga melonjak mencapai Rp2.237.000 per gram,” ujarnya.
Harga yang terus menanjak ini didorong oleh meningkatnya permintaan global, termasuk kebutuhan untuk instrumen lindung nilai (safe haven) dalam kondisi ketidakpastian ekonomi. Dampaknya, harga emas domestik ikut terkerek naik, dan hal tersebut memperkuat kontribusi emas pada inflasi nasional.
Selain itu, Wiyagus turut menantikan arah investasi masyarakat dalam komoditas emas. Mengutip data World Gold Council, ia menjelaskan bahwa dua dari tiga orang di Indonesia berinvestasi pada emas. Tren ini diperkirakan akan berlanjut dalam 12 bulan ke depan seiring meningkatnya minat masyarakat terhadap instrumen investasi yang dianggap aman.
“Emas ini menjadi instrumen pilihan investor Indonesia untuk membangun ketahanan finansial dan menyisihkan dana darurat,” katanya. Dengan semakin banyaknya investor yang menempatkan dana pada emas, permintaan meningkat dan harga pun ikut terdorong, sehingga kontribusi emas terhadap inflasi tetap signifikan.
Peringatan kepada Pemerintah Daerah
Melihat perkembangan tersebut, Wiyagus meminta agar seluruh pemerintah daerah mengambil langkah antisipatif. Menurutnya, pengawasan terhadap harga bahan pangan dan komoditas lain harus benar-benar diperkuat agar tidak terjadi lonjakan harga yang dapat memicu tekanan inflasi lebih besar.
“Selalu lakukan monitoring secara terkoordinasi berbasis data yang aktual, sehingga dapat ditentukan yang upaya ataupun langkah yang tepat dalam menjaga harga komoditas agar tetap stabil, kemudian dapat memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah masing-masing,” tegasnya.
Permintaan tersebut menjadi penting karena inflasi tidak hanya dipengaruhi oleh komoditas nasional, tetapi juga dinamika harga di tingkat lokal. Bila daerah mampu mengelola pergerakan harga dengan baik, efek berantai terhadap inflasi nasional dapat diminimalkan.
Mazroh Atul Jannah
Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Kemendagri Dorong Percepatan Laporan Progres Penegasan Batas Desa Nasional
- Rabu, 26 November 2025
Berita Lainnya
Kemendagri Dorong Percepatan Laporan Progres Penegasan Batas Desa Nasional
- Rabu, 26 November 2025
Syarat Kesehatan Ketat Tentukan Keberangkatan Calon Jamaah Haji 2026
- Rabu, 26 November 2025
Terpopuler
1.
2.
Peneliti Indonesia Jadi Penulis Utama Temuan Rafflesia Hasseltii
- 26 November 2025
3.
Cara Menghilangkan Iklan di HP Vivo yang Tiba-tiba Muncul
- 26 November 2025
4.
7 Penyebab Aki Mobil Habis Sendiri dan Cara Mengatasinya
- 26 November 2025
5.
Self Reward Adalah dan Pentingnya Bagi Diri Sendiri
- 26 November 2025









