JAKARTA - PT Bukit Asam Tbk (PTBA), salah satu perusahaan pertambangan batubara terbesar di Indonesia, menyatakan optimisme tinggi terhadap lonjakan ekspor batubara ke negara-negara ASEAN pada tahun 2025. Keyakinan ini diperkuat oleh pencapaian penjualan batubara yang signifikan hingga triwulan ketiga 2024. Meskipun menghadapi tantangan pasar yang membuat laba bersih sedikit tergerus, PTBA tetap fokus pada strategi ekspansi di pasar Asia Tenggara.
Pertumbuhan Ekspor Batubara ke ASEAN
Menurut Sekretaris Perusahaan Bukit Asam, Niko Chandra, PTBA telah berhasil mencatatkan penjualan batubara sebesar 31,28 juta ton hingga triwulan ketiga 2024, meningkat 16% secara tahunan. "Misalnya ekspor ke Thailand yang mencapai 1,31 juta ton per triwulan III 2024, alias tumbuh 363% secara tahunan. Sebagai pembanding, penjualan pada periode yang sama tahun lalu sebesar 360 ribu ton," ungkap Niko kepada Kontan.
Tidak hanya Thailand, ekspor ke Vietnam juga menunjukkan peningkatan yang mengesankan. Pada triwulan ketiga 2024, penjualan ke Vietnam melesat menjadi 2,01 juta ton, melonjak 346% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar 580 ribu ton.
Dukungan dari Prospek Global
Laporan terbaru dari International Energy Agency (IEA) memberikan konfirmasi bahwa batubara tetap menjadi elemen penting dalam bauran energi global setidaknya hingga tahun 2027. Hal ini memberi PT Bukit Asam landasan kuat untuk terus mengeksplorasi peluang ekspor baru. "Kebutuhan energi global, terutama dari sektor pembangkit listrik di negara-negara berkembang (khususnya Asia Tenggara dan Asia Selatan), masih tinggi," jelas Niko.
Strategi Peningkatan Kinerja
PTBA terus berkomitmen untuk memaksimalkan potensi pasar dalam negeri dan mencari peluang ekspor di negara-negara dengan prospek pertumbuhan tinggi, baik untuk pasar yang sudah ada maupun yang baru. Secara keuangan, PTBA mencatat pendapatan sebesar Rp 30,65 triliun hingga September 2024, naik 10,53% dari periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 27,73 triliun. Namun, laba bersih menunjukkan penurunan akibat fluktuasi harga batubara global.
Niko mencatat bahwa PTBA menghadapi tantangan dari penurunan harga batubara internasional. Rata-rata indeks harga batubara ICI-3 merosot sekitar 14% dari US$ 86,32 per ton menjadi US$ 74,59 per ton hingga kuartal III-2024. Rata-rata harga batubara Newcastle juga terkoreksi 28% dari US$ 185,45 menjadi US$ 133,89 per ton. Meskipun demikian, PTBA mampu mendorong volume penjualan batubara hingga tumbuh 16% secara tahunan menjadi 31,28 juta ton.
Fokus Pada Efisiensi dan Ekspansi
Sebagai langkah strategis, Bukit Asam terus berupaya mempertahankan kinerja dengan menonjolkan efisiensi biaya dalam setiap lini operasionalnya. PTBA juga berfokus pada peningkatan produktivitas serta memastikan kesinambungan pasokan untuk memenuhi permintaan pasar yang dinamis.
"Kami bertekad untuk tetap mengedepankan cost leadership dan memanfaatkan peluang ekspor guna memperkuat posisi kami di pasar internasional. Kami yakin strategi ini akan membantu kami mengantisipasi fluktuasi pasar dan harga," tegas Niko.
Pandangan Masa Depan
Melihat ke depan, PTBA optimis bahwa strategi ekspansi dan efisiensi biaya akan membuahkan hasil yang positif. Perusahaan tersebut berharap dapat terus meningkatkan volume penjualan dan memperluas jangkauan pasarnya di wilayah ASEAN, seiring dengan pertumbuhan permintaan energi di kawasan ini. Dengan prospek pertumbuhan energi yang kuat di Asia Tenggara, PTBA berada di jalur untuk menjadi pemain utama dalam pasar batubara global.