JAKARTA - Erick Thohir, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), tengah mempersiapkan langkah besar dalam memanfaatkan potensi perusahaan-perusahaan pelat merah. Dalam upaya mengoptimalkan kinerja BUMN di tengah tantangan global dan domestik, sebuah strategi transformasi besar akan dilakukan: memangkas jumlah BUMN dari 47 menjadi hanya 30 dalam lima tahun ke depan. Langkah tersebut menjadi satu di antara 45 program unggulan Kementerian BUMN yang dipimpin oleh Erick, yang bertujuan meningkatkan efisiensi dan daya saing nasional.
Strategi Penggabungan BUMN
Dalam menjalankan transformasi ini, konsolidasi BUMN akan dilakukan dalam berbagai bentuk, seperti merger atau penggabungan perusahaan, serta melalui inbreng saham. Melalui langkah ini, Erick Thohir berharap struktur BUMN dapat menjadi lebih efisien dan sesuai dengan kebutuhan pasar. Erick menjelaskan pada Selasa (24/12), "Mungkin ada 45 program yang kita dorong untuk lima tahun ke depan, termasuk bagaimana konsolidasi dari 47 perusahaan ke 30 itu."
Contoh konkret dari rencana ini adalah rencana penggabungan PT Pelni (Persero) dan PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) ke dalam PT Pelindo (Persero). Selain itu, PT INKA (Persero) akan diintegrasikan ke dalam PT Kereta Api Indonesia (Persero). "Contohnya yang tadi, INKA ke KAI. Ini semua perlu kajian dan proses, tapi arahnya jelas ke 30 perusahaan," tambah Erick.
Pembentukan Holding Sektor Strategis
Pembentukan dan pengelolaan holding di sektor strategis turut menjadi fokus dalam strategi ini. Misalnya, holding BUMN Rumah Sakit akan berada di bawah pengelolaan PT Bio Farma (Persero), yang saat ini menjadi induk dari Holding BUMN Farmasi. Penggabungan ini diharapkan menciptakan efisiensi dan skala yang lebih besar dalam operasional rumah sakit BUMN.
Di sektor kehutanan dan perkebunan, rencana konsolidasi antara Perum Perhutani dan Holding Perkebunan Nusantara (PTPN III) diharapkan dapat meningkatkan produktivitas melalui pengelolaan lahan seluas 2,2 juta hektare. Ini tidak hanya akan meningkatkan efisiensi operasional tetapi juga mendukung ketahanan pangan dengan fokus pada swasembada gula.
Konsolidasi BUMN Konstruksi
Reformasi juga akan menyentuh sektor infrastruktur dengan konsolidasi BUMN karya. Dari tujuh perusahaan konstruksi BUMN saat ini, hanya tiga entitas utama yang akan tersisa. Dalam rencana ini, PT Waskita Karya (Persero) Tbk akan di-inbreng-kan ke PT Hutama Karya (Persero). Sementara itu, PT Nindya Karya (Persero) dan PT Brantas Abipraya (Persero) diintegrasikan ke PT Adhi Karya (Persero) Tbk, dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk atau WIKA akan bergabung dengan PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk atau PTPP.
Fokus pada Efisiensi dan Kesehatan Bisnis
Erick Thohir menegaskan bahwa mempunyai banyak BUMN tidak selalu berarti kekuatan. Sebaliknya, dengan struktur yang lebih ramping dan klasterisasi yang jelas, BUMN diharapkan bisa memberikan kontribusi lebih signifikan kepada perekonomian nasional. "Yang penting adalah bagaimana BUMN bisa menjadi solusi bagi perekonomian," ujarnya. Proses konsolidasi ini disebutnya membutuhkan waktu yang bervariasi tergantung pada kompleksitas masing-masing sektor, dengan perkiraan waktu antara satu hingga dua tahun.
Tantangan dan Fokus Masa Depan
Langkah perampingan ini tidak hanya untuk meningkatkan efisiensi, tetapi juga untuk mempersiapkan BUMN menghadapi tantangan global di masa depan. Dengan struktur yang lebih ramping, BUMN diharapkan lebih responsif terhadap perubahan pasar dan daya saing dapat meningkat. Erick juga menyampaikan perhatian khusus kepada tujuh BUMN yang masih mengalami kerugian dari total 47 BUMN saat ini. PT Krakatau Steel (Persero) Tbk dan PT Bio Farma (Persero) termasuk dalam fokus perbaikan dan restrukturisasi kementerian.
Dengan langkah-langkah transformasi ini, Erick optimistis BUMN dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap pembangunan nasional dan meningkatkan posisi Indonesia di pasar global. “Ini bukan hanya tentang penyusutan jumlah BUMN, tetapi tentang bagaimana mereka bisa lebih berdaya saing dan efektif,” kata Erick Thohir, menutup pernyataannya. Dia berharap bahwa setelah proses restrukturisasi selesai, BUMN tidak hanya terfokus dalam mendukung ekonomi dalam negeri, tetapi juga mampu bersaing dalam skala internasional.