Happy Hapsoro (RATU) Targetkan Laba Bersih Rp233 Miliar Tahun Ini

Happy Hapsoro (RATU) Targetkan Laba Bersih Rp233 Miliar Tahun Ini
Happy Hapsoro (RATU) Targetkan Laba Bersih Rp233 Miliar Tahun Ini

JAKARTA - PT Raharja Energi Cepu Tbk. (RATU), afiliasi dari grup Happy Hapsoro, menunjukkan strategi efisiensi yang berhasil meningkatkan laba bersih meski pendapatan menurun.

Dengan pengendalian biaya yang ketat dan manajemen keuangan yang efisien, emiten migas ini menargetkan laba bersih sekitar Rp233,13 miliar pada akhir 2025, menegaskan ketahanan keuangan perusahaan di tengah tekanan harga minyak global yang lebih rendah.

Kenaikan Laba Bersih Meskipun Pendapatan Menurun

Baca Juga

MCI Perkuat Posisi Pengendali Saham PIPA Lewat Pembelian Terbaru

PT Raharja Energi Cepu Tbk. (RATU) membidik laba bersih sekitar US$14 juta atau setara Rp233,13 miliar (kurs Rp16.652 per dolar AS) pada akhir 2025. Direktur Raharja Energi Cepu, Adrian Hartadi, menyampaikan bahwa selama periode Januari–September 2025, RATU sudah mencatat laba bersih sebesar US$11,8 juta atau sekitar Rp196,49 miliar, meningkat 28,4% secara year on year (YoY). “Apabila kita disetahunkan, diperkirakan kita bisa menutup tahun ini di sekitar US$14 jutaan. Kita masih menunggu satu bulan ke depan seperti apa,” ujar Adrian.

Faktor Penurunan Pendapatan

Kenaikan laba bersih ini terjadi meski pendapatan RATU selama sembilan bulan pertama 2025 turun 13% YoY menjadi US$37,6 juta. Penurunan pendapatan terutama disebabkan oleh volume lifting migas yang lebih rendah dibanding tahun sebelumnya, yakni dari 52,61 thousand barrels of oil equivalent per day (MBOEPD) menjadi 52,61 MBOEPD. Selain itu, average selling price (ASP) minyak dunia juga lebih rendah, yang berkontribusi pada penurunan pendapatan perusahaan.

Efisiensi Biaya Dorong Profitabilitas

Meski pendapatan menurun, efisiensi biaya mendorong peningkatan laba bersih. Beban pokok penjualan (COGS) turun 32% YoY menjadi US$19,1 juta, mencerminkan berkurangnya aktivitas eksplorasi setelah RATU menyelesaikan komitmen operator wajib pada 2024. Penurunan biaya ini menjadi faktor utama yang menjaga profitabilitas perusahaan tetap tinggi.

Efisiensi juga tercermin pada EBITDA perseroan yang naik 4,8% YoY menjadi US$23,7 juta. EBITDA margin RATU mencapai 57,5%, menunjukkan pengendalian biaya yang efektif. Sementara net profit margin meningkat menjadi 31,5%, didorong oleh penurunan biaya pendapatan, sehingga meski pendapatan menurun, profitabilitas tetap terjaga dengan baik.

Kondisi Neraca Keuangan Stabil

Dari sisi neraca keuangan, hingga 30 September 2025, total aset RATU meningkat menjadi US$66,3 juta, terutama didorong oleh saldo kas yang lebih tinggi pada aset lancar. Total liabilitas menurun menjadi US$20,4 juta, akibat pembayaran pinjaman dan reklasifikasi utang. Ekuitas perseroan juga meningkat signifikan menjadi US$45,8 juta, didukung oleh modal yang dikumpulkan dari IPO pada awal 2025.

Adrian memaparkan rasio keuangan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan cukup solid. Debt Service Coverage Ratio (DSCR) berada di level 2,36 kali, yang berarti untuk setiap Rp1 kewajiban pembayaran utang, perusahaan memiliki Rp2,36 kas untuk membayarnya. Rasio ini menunjukkan kemampuan RATU dalam memenuhi kewajiban utang tanpa tekanan likuiditas.

Rasio Keuangan Menunjukkan Kinerja Positif

Selain itu, return on asset (ROA) dan return on equity (ROE) menunjukkan tren positif sejak IPO pada kuartal I 2025. ROA tercatat 17,9%, sementara ROE berada di angka 25,8% pada kuartal III 2025. Menurut Adrian, ROE yang tinggi ini menandakan perusahaan mampu menghasilkan laba signifikan bagi pemegang saham dibandingkan modal yang ditempatkan.

Strategi Operasional di Tengah Tekanan Pasar

Dalam kondisi penurunan harga minyak global, strategi RATU fokus pada pengendalian biaya, efisiensi operasi, dan manajemen arus kas yang ketat. Hal ini terbukti dari meningkatnya laba bersih dan stabilnya margin meski pendapatan menurun. Adrian menekankan bahwa perusahaan tetap menjaga kinerja operasional agar kapasitas produksi tetap optimal, sambil mengelola beban biaya secara hati-hati.

RATU juga berupaya memperkuat neraca keuangan melalui pengelolaan utang dan peningkatan modal dari IPO. Hal ini membantu perusahaan tetap likuid, mendukung ekspansi bisnis, dan menjaga stabilitas keuangan di tengah fluktuasi harga minyak dan gas.

Proyeksi Laba dan Posisi Perusahaan ke Depan

Dengan proyeksi laba bersih akhir tahun sekitar Rp233,13 miliar, RATU menunjukkan bahwa meski menghadapi tekanan eksternal, seperti harga komoditas yang lebih rendah dan volume lifting migas menurun, perusahaan mampu mempertahankan pertumbuhan laba melalui strategi pengendalian biaya dan manajemen keuangan yang cermat.

Secara keseluruhan, kinerja RATU menunjukkan ketahanan finansial dan kemampuan adaptasi terhadap kondisi pasar yang fluktuatif. Langkah perusahaan dalam mengoptimalkan biaya dan menjaga margin tinggi merupakan indikator positif bagi investor dan pemangku kepentingan, sekaligus memperkuat posisi RATU di sektor migas nasional.

Mazroh Atul Jannah

Mazroh Atul Jannah

Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Summarecon Serpong Catat Penjualan Fantastis Rp 600 Miliar dari Klaster Bellefont Premium

Summarecon Serpong Catat Penjualan Fantastis Rp 600 Miliar dari Klaster Bellefont Premium

BOSNET Perkuat Distribusi FMCG Nasional dengan Strategi Efisiensi Modern

BOSNET Perkuat Distribusi FMCG Nasional dengan Strategi Efisiensi Modern

Diagnos Lab Optimistis Kinerja Membaik di Tahun Depan, Ini Strateginya

Diagnos Lab Optimistis Kinerja Membaik di Tahun Depan, Ini Strateginya

PELNI Mobile: Solusi Cepat dan Aman Beli Tiket Kapal Laut Tanpa Antre

PELNI Mobile: Solusi Cepat dan Aman Beli Tiket Kapal Laut Tanpa Antre

Panduan Daftar Motis KAI Nataru 2025/2026: Jadwal, Kuota, dan Syarat Motor Gratis

Panduan Daftar Motis KAI Nataru 2025/2026: Jadwal, Kuota, dan Syarat Motor Gratis