Allo Bank Raih Insentif KLM 2,8 Persen, Strategi Likuiditas Terbaru

Allo Bank Raih Insentif KLM 2,8 Persen, Strategi Likuiditas Terbaru
Allo Bank Raih Insentif KLM 2,8 Persen, Strategi Likuiditas Terbaru

JAKARTA – Dalam upaya memperkuat likuiditas dan menjaga stabilitas pertumbuhan kredit, PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) berhasil meraih insentif Kebijakan Likuiditas Makroprudensial (KLM) sebesar 2,8%. Insentif dari Bank Indonesia ini diberikan sebagai penghargaan atas komitmen bank dalam menyalurkan pembiayaan di sektor-sektor prioritas tertentu.

KLM sendiri merupakan fasilitas yang memungkinkan bank mendapatkan potongan hingga 5% pada giro wajib minimum (GWM), tergantung pada besaran kontribusi bank terhadap Rasio Pembiayaan Inklusif Makroprudensial (RPIM). Program ini bertujuan mendorong pertumbuhan kredit inklusif sekaligus menstabilkan likuiditas perbankan di Indonesia.

Bagus Razy Syabandita Hakim, Treasury Head Allo Bank, menjelaskan bahwa pemenuhan RPIM yang menjadi tolok ukur insentif sebagian besar diperoleh dari portofolio pembiayaan yang cukup beragam. “Penyaluran pembiayaan inklusif kami terutama berasal dari segmen paylater atau kredit konsumtif, sektor pertanian, industri dan hilirisasi, serta sektor jasa termasuk ekonomi kreatif,” ungkap Bagus.

Baca Juga

Kolaborasi OBATApps dan Farmaklik Perkuat Ekosistem Pendidikan Gandeng 177 Kampus Farmasi

Insentif KLM memberikan ruang likuiditas tambahan yang cukup strategis bagi Allo Bank. Dengan fasilitas ini, kebutuhan pendanaan di pasar uang domestik bisa ditekan, sekaligus menjadi buffer untuk menjaga stabilitas Loan to Deposit Ratio (LDR). Bagus menambahkan, “Dampaknya, pertumbuhan kredit ritel maupun wholesale bisa lebih seimbang.”

Kebijakan ini hadir di tengah dinamika moneter yang tengah berlangsung. Bank Indonesia mulai 1 Desember berencana menambah insentif hingga 0,5% bagi bank yang cepat menurunkan suku bunga kredit mengikuti arah penurunan BI-Rate. Menurut Bagus, insentif berbasis penyesuaian suku bunga ini sejalan dengan tren pasar. “Penurunan BI-Rate mulai menekan biaya dana (CoF) ke tren lebih rendah. Kompetisi pricing kredit antarbank juga semakin terlihat, terutama di segmen konsumsi dan korporasi,” jelasnya.

Meski begitu, Bagus menekankan bahwa penurunan suku bunga kredit tidak bisa dilakukan secara agresif. Bank harus mempertimbangkan profil risiko tiap sektor, struktur Fund Transfer Pricing (FTP), serta cost of fund yang masih dalam proses stabilisasi. Semua langkah ini penting agar margin dan Net Interest Margin (NIM) khususnya di segmen wholesale tetap terjaga. “Allo Bank akan melakukan penyesuaian suku bunga kredit secara selektif. Kami harus menyeimbangkan potensi menerima tambahan insentif KLM dengan kebutuhan menjaga risiko kredit dan profitabilitas,” tambahnya.

Selain mengandalkan skema KLM, Allo Bank juga menyiapkan strategi internal untuk memperkuat likuiditas dan efisiensi pembiayaan. Strategi pertama adalah optimalisasi portofolio Surat Berharga Negara Ritel Indonesia (SRBI) dan Surat Berharga Negara (SBN), yang memiliki imbal hasil tinggi sekaligus berbasis likuiditas harian. Langkah ini memungkinkan bank memanfaatkan instrumen keuangan yang likuid tanpa menambah risiko berlebih.

Strategi kedua adalah menurunkan cost of fund secara bertahap. Bank menyesuaikan pricing deposito wholesale dan ritel mengikuti arah penurunan BI-Rate sehingga biaya dana lebih efisien. Dengan langkah ini, bank bisa menekan beban bunga dan meningkatkan fleksibilitas likuiditas untuk penyaluran kredit.

Strategi ketiga fokus pada penguatan Asset Liability Management (ALM) dan Fund Transfer Pricing (FTP). Bagus menegaskan, rebalancing tenor pendanaan dan penyaluran kredit menjadi kunci mengurangi mismatch. Struktur margin antar tenor FTP juga dioptimalkan agar lebih efisien, termasuk untuk pendanaan jangka pendek. “Pendekatan ini membantu bank menjaga stabilitas likuiditas sekaligus memaksimalkan efisiensi margin antar tenor,” ujarnya.

Dengan kombinasi insentif KLM dan strategi internal yang komprehensif, Allo Bank menyiapkan diri menghadapi dinamika perbankan di akhir tahun. Langkah ini juga memperkuat posisi bank untuk tetap kompetitif di tengah persaingan antarbank, khususnya pada segmen ritel dan wholesale.

Secara keseluruhan, penerimaan insentif KLM menjadi momentum penting bagi Allo Bank. Tidak hanya sebagai tambahan likuiditas, tetapi juga sebagai sarana mempercepat transmisi kebijakan moneter, menjaga stabilitas LDR, dan memastikan pertumbuhan kredit lebih seimbang. Dengan strategi yang tepat, bank dapat menyeimbangkan efisiensi, risiko, dan profitabilitas, sekaligus memberikan layanan kredit yang lebih kompetitif bagi nasabah.

Mazroh Atul Jannah

Mazroh Atul Jannah

Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Penjualan Properti Linktown Capai Rp 2,7 Triliun hingga November 2025

Penjualan Properti Linktown Capai Rp 2,7 Triliun hingga November 2025

Simak Jadwal Kapal Pelni Rute Timika ke Tual Desember 2025, Diskon Menarik

Simak Jadwal Kapal Pelni Rute Timika ke Tual Desember 2025, Diskon Menarik

Lippo Karawaci Tingkatkan Perlindungan Tenaga Kerja dengan Sistem K3 Terpadu

Lippo Karawaci Tingkatkan Perlindungan Tenaga Kerja dengan Sistem K3 Terpadu

Injeksi Modal Danantara Dorong Performa Krakatau Steel Lebih Optimal

Injeksi Modal Danantara Dorong Performa Krakatau Steel Lebih Optimal

Trakindo Lirik Peluang Bisnis Rental Alat Berat untuk Efisiensi Industri

Trakindo Lirik Peluang Bisnis Rental Alat Berat untuk Efisiensi Industri