JAKARTA - Aktivitas atmosfer di sekitar Indonesia kembali menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan bahwa terdapat tiga sistem cuaca penting yang tengah berkembang di wilayah sekitar Indonesia, yakni Siklon Tropis Fina, Bibit Siklon Tropis 95B, dan Bibit Siklon 92W.
Ketiganya tidak seluruhnya berdampak langsung pada daratan Indonesia, namun tetap berpotensi memicu perubahan kondisi cuaca dan gelombang laut di sejumlah wilayah. Informasi ini disampaikan berdasarkan analisis BMKG pada Selasa, 25 November 2025, yang menjadi perhatian penting mengingat perubahan pola atmosfer kerap memengaruhi cuaca ekstrem dan aktivitas masyarakat.
Baca JugaVivo X300 Ultra Hadir 2026, Ungkap Teknologi Kamera dan Spesifikasinya
Direktur Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, menyampaikan bahwa Siklon Tropis Fina saat ini terpantau berada di sekitar 14,5 derajat LS dan 127,7 derajat BT. “Tepatnya berada di barat daya Daratan Australia atau sekitar 650 km sebelah tenggara Rote,” jelas Andri. Ia menambahkan bahwa siklon tersebut tidak masuk langsung ke wilayah Indonesia, dan pada siang hingga sore hari diperkirakan menurun intensitasnya menjadi depresi tropis. Meski tidak berdampak besar terhadap cuaca daratan, sistem ini tetap menimbulkan peningkatan tinggi gelombang di beberapa perairan selatan Indonesia.
Pengaruh Siklon Tropis Fina Terhadap Kondisi Perairan
Walaupun Siklon Tropis Fina tidak memberikan dampak signifikan di wilayah daratan, kehadirannya tidak bisa diabaikan begitu saja. Sejumlah wilayah perairan selatan Indonesia mengalami peningkatan gelombang akibat sistem ini. Peningkatan gelombang tersebut dapat berdampak pada aktivitas pelayaran, terutama bagi kapal nelayan dan kapal berukuran kecil. Meskipun secara umum kondisi cuaca di daratan tidak berubah drastis, kewaspadaan di sektor kelautan tetap diperlukan, khususnya bagi masyarakat yang beraktivitas di perairan dengan tingkat kerentanan terhadap perubahan gelombang.
Bibit Siklon Tropis 95B dan Potensi Pengaruhnya
Selain Siklon Tropis Fina, BMKG juga memonitor dua bibit siklon lainnya, yakni 95B dan 92W, yang masing-masing memiliki karakteristik berbeda. Bibit Siklon Tropis 95B terletak di Selat Malaka, tepat di sebelah timur Aceh, dan bergerak menuju Laut Andaman. Sistem ini berdampak cukup signifikan terhadap cuaca di sekitar Sumatera bagian utara.
“Sistem ini meningkatkan potensi hujan sedang hingga lebat bahkan ekstrem, serta angin kencang di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Riau,” ujar Andri. Selain potensi hujan ekstrem, bibit siklon ini juga berpengaruh terhadap kondisi gelombang laut di Selat Malaka, yang menjadi jalur pelayaran penting.
Dari hasil prediksi BMKG, intensitas 95B masih bersifat persisten dalam 24 jam ke depan, dengan pola sirkulasi yang relatif luas dan kecepatan angin maksimum mencapai 25 knot atau sekitar 46 km per jam di bagian utara dan selatan sistem. Dalam 48 jam berikutnya, sistem ini diperkirakan tetap berada di Laut Andaman dengan intensitas stabil. Setelah 72 jam, 95B diproyeksikan melemah ketika bergerak ke barat melintasi daratan Aceh dengan angin pada kisaran 20–25 knot atau 37–46 km per jam. “Peluang Bibit 95B berkembang menjadi siklon tropis dalam 24–72 jam ke depan berada pada kategori rendah,” lanjut Andri.
Bibit Siklon Tropis 92W dan Dampaknya di Wilayah Utara
Berbeda dengan 95B, Bibit Siklon Tropis 92W memiliki peluang lebih besar untuk berkembang menjadi siklon tropis. Sistem ini berada di Laut Filipina atau Samudra Pasifik, di utara Sulawesi Utara. Andri menjelaskan bahwa sistem ini menimbulkan peningkatan potensi hujan sedang hingga lebat di Kalimantan Barat. Selain itu, gelombang tinggi juga muncul di wilayah utara Indonesia, mencakup Kepulauan Sangihe–Talaud, perairan Halmahera, hingga pesisir utara Papua.
“Dalam 24 jam, sistem ini diperkirakan menguat hingga mencapai level siklon tropis, dengan sirkulasi lebih terorganisir dan kecepatan angin maksimum sekitar 35 knot atau sekitar 65 km per jam,” jelasnya. Intensitas 92W diproyeksikan terus meningkat dalam 48 hingga 72 jam ke depan, seiring pergerakan menuju barat laut menuju Laut China Selatan. Pada fase tersebut, angin maksimum dapat mencapai 45 knot atau sekitar 83 km per jam.
BMKG menilai potensi 92W untuk berkembang menjadi siklon tropis dalam 24–72 jam ke depan berada pada kategori tinggi. Meskipun tidak memberikan dampak langsung pada daratan Indonesia, sistem ini tetap bisa memicu hujan sedang hingga lebat serta gelombang sedang hingga tinggi di sejumlah wilayah perairan.
Faktor Penyebab Meningkatnya Aktivitas Siklonik di Sekitar Indonesia
Fenomena kemunculan beberapa sistem siklonik secara bersamaan bukan tanpa penyebab. Andri menjelaskan bahwa kondisi atmosfer dan laut saat ini mendukung terjadinya sirkulasi siklonik. Suhu muka laut di wilayah utara Indonesia dan sekitar Laut Timor berada pada kondisi hangat, yakni lebih dari 28–29 derajat Celsius. “Suhu permukaan laut pada kisaran hangat tersebut dapat menjadi sumber energi utama bagi pertumbuhan siklon,” ucapnya.
Selain suhu permukaan laut, Indonesia juga dipengaruhi oleh gangguan atmosfer skala regional seperti Madden–Julian Oscillation serta gelombang ekuatorial. Kedua fenomena ini meningkatkan potensi pertumbuhan awan dan memperkuat area pertemuan angin, sehingga peluang terbentuknya bibit siklon menjadi lebih besar.
Mazroh Atul Jannah
Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Kemendagri Dorong Percepatan Laporan Progres Penegasan Batas Desa Nasional
- Rabu, 26 November 2025
Berita Lainnya
Intip 4 Manfaat Tersembunyi Rosemary Oil untuk Wajah agar Jerawat Cepat Sembuh
- Rabu, 26 November 2025
Terpopuler
1.
2.
Peneliti Indonesia Jadi Penulis Utama Temuan Rafflesia Hasseltii
- 26 November 2025
3.
Cara Menghilangkan Iklan di HP Vivo yang Tiba-tiba Muncul
- 26 November 2025
4.
7 Penyebab Aki Mobil Habis Sendiri dan Cara Mengatasinya
- 26 November 2025
5.
Self Reward Adalah dan Pentingnya Bagi Diri Sendiri
- 26 November 2025










