Simak Harga Token Listrik PLN Akhir November 2025 untuk Pelanggan Rumah Tangga
- Selasa, 25 November 2025
JAKARTA - Pelanggan rumah tangga semakin sering memantau kebutuhan listrik prabayar menjelang akhir November 2025, terutama untuk memastikan kecukupan daya di tengah aktivitas harian yang semakin meningkat.
Sistem pembelian token listrik yang fleksibel membuat pelanggan dapat memilih nominal sesuai kebutuhan, namun besaran kilowatt hour (kWh) yang diterima tetap menyesuaikan tarif dasar listrik serta kebijakan administrasi di tiap wilayah. Karena itu, memahami cara kerja harga token listrik PLN menjadi penting agar pelanggan bisa memperkirakan konsumsi energi secara lebih akurat.
Harga pembelian token listrik PLN pada dasarnya mengikuti jumlah nominal yang dipilih pelanggan. Misalnya, untuk pembelian token listrik Rp 50.000 melalui aplikasi PLN Mobile, pelanggan akan membayar sesuai nominal tersebut dan menambahkan biaya layanan yang besarannya bervariasi, tergantung metode pembayaran yang dipilih.
Baca JugaPengoperasian PLTS Baru CDIA Dorong Efisiensi dan Transisi Energi Industri
Hal ini juga berlaku apabila pembelian dilakukan melalui platform lain seperti e-commerce. Selain harga token utama, pelanggan akan dibebani biaya admin tambahan dari masing-masing platform.
Selain itu, konversi pembelian token listrik ke dalam kWh ditentukan oleh tarif dasar listrik (TDL) yang berlaku dan dapat berbeda di tiap wilayah. Perbedaan biaya administrasi daerah membuat jumlah kWh yang diterima pelanggan dengan nominal pembelian yang sama dapat berbeda antara satu wilayah dan wilayah lainnya. Hal inilah yang sering membuat sebagian pelanggan bertanya mengapa nilai kWh mereka tidak seragam dengan pelanggan lain meskipun pembelian dilakukan dengan nominal token yang sama.
Tarif listrik rumah tangga PLN yang berlaku
Tarif dasar listrik untuk kategori pelanggan rumah tangga masih menjadi acuan utama dalam menentukan jumlah kWh yang diterima dari setiap pembelian token listrik. PLN menetapkan rincian tarif untuk tiap golongan daya sebagai berikut:
Golongan R-1/TR 450 VA: Rp 415 per kWh (subsidi)
Golongan R-1/TR 900 VA: Rp 605 per kWh (subsidi)
Golongan R-1/TR daya 900 VA: Rp 1.352 per kWh
Golongan R-1/TR daya 1.300 VA: Rp 1.444,70 per kWh
Golongan R-1/TR daya 2.200 VA: Rp 1.444,70 per kWh
Golongan R-2/TR daya 3.500–5.500 VA: Rp 1.699,53 per kWh
Golongan R-3/TR daya 6.600 VA ke atas: Rp 1.699,53 per kWh
Keterangan golongan tersebut meliputi R-1/TR sebagai rumah tangga kecil pada tegangan rendah, R-2/TR sebagai rumah tangga menengah pada tegangan rendah, dan R-3/TR sebagai rumah tangga besar pada tegangan rendah.
Dengan struktur tarif tersebut, pelanggan dapat memperkirakan besaran kWh yang nantinya akan diterima saat membeli token listrik. Pelanggan bersubsidi akan mendapatkan jumlah kWh lebih besar untuk nominal pembelian yang sama dibanding pelanggan nonsubsidi, karena tarif listrik per kWh mereka lebih rendah.
Cara menghitung kWh dari pembelian token listrik
Foto ilustrasi pembelian token listrik November 2025 sempat ditampilkan Kompas/Muhammad Idris, memperjelas bahwa pengisian token listrik mengikuti tarif dasar listrik dan adanya pajak penerangan jalan (PPJ) di tiap daerah. Mengutip laman Kompas.com (2/1/2025), PPJ yang dikenakan berada di kisaran 3–10 persen bergantung pada kebijakan pemerintah daerah. Pajak ini secara otomatis mengurangi nominal bersih token listrik sebelum dikonversi menjadi kWh.
Rumus perhitungan besaran kWh yang diperoleh dari pembelian token listrik adalah:
(Harga token yang dibeli – PPJ daerah) / Tarif dasar listrik
Sebagai contoh, seorang pelanggan dengan daya 1.300 VA membeli token listrik sebesar Rp 50.000. Apabila PPJ di daerah tersebut sebesar 3 persen, maka perhitungan kWh yang diterima adalah:
Harga token: Rp 50.000
PPJ 3 persen: Rp 1.500
Tarif dasar listrik: Rp 1.444,70 per kWh
Dengan demikian, perhitungannya menjadi:
(Rp 50.000 – Rp 1.500) / Rp 1.444,70 = 33,57 kWh
Artinya, pelanggan nonsubsidi 1.300 VA yang membeli token listrik Rp 50.000 di daerah dengan PPJ 3 persen akan mendapatkan daya sebesar 33,57 kWh. Jumlah ini dapat berbeda di daerah lain karena besaran PPJ yang tidak seragam.
Contoh tersebut menggambarkan bahwa komponen pajak dan tarif dasar listrik sangat memengaruhi total kWh yang diperoleh pelanggan. Semakin tinggi PPJ atau semakin besar daya listrik yang digunakan (terutama untuk pelanggan nonsubsidi), maka jumlah kWh yang didapat akan semakin kecil untuk nominal pembelian yang sama.
Faktor yang memengaruhi variasi kWh antarwilayah
Perbedaan nilai kWh yang diterima pelanggan dengan nominal token yang sama tidak hanya dipengaruhi PPJ, tetapi juga biaya administrasi tambahan dari kanal pembelian. Pembelian melalui PLN Mobile, e-commerce, maupun gerai fisik bisa memberikan biaya admin berbeda. Walaupun selisihnya tidak besar, hal ini tetap menambah variasi jumlah kWh yang diterima.
Selain itu, tarif dasar listrik untuk masing-masing golongan pelanggan juga berpengaruh besar. Pelanggan golongan subsidi akan menerima kWh lebih besar dibanding pelanggan nonsubsidi, sehingga perhitungan konsumsi energi perlu menyesuaikan kategori daya masing-masing.
Mazroh Atul Jannah
Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
LPS Laporkan Pembayaran Klaim Simpanan Meningkat hingga Kuartal III-2025
- Rabu, 26 November 2025
Kinerja Asuransi Perjalanan Diproyeksi Naik pada Momen Nataru oleh Jasindo
- Rabu, 26 November 2025
Prakiraan Cuaca BMKG Bali Hari Ini 26 November 2025 Berpotensi Diguyur Hujan
- Rabu, 26 November 2025
TNI Tentukan Kriteria Penting untuk Komandan Pasukan Perdamaian Gaza
- Selasa, 25 November 2025
Berita Lainnya
Kementerian UMKM Dorong Penguatan Usaha Lewat MikroDOTS Gratis di Pontianak
- Selasa, 25 November 2025
Terpopuler
1.
2.
Simak Syarat Pengajuan dan Tabel Angsuran KUR BRI 2025 Terbaru
- 26 November 2025
3.
4.
5.
BMKG Jelaskan Dampak Tiga Siklon Pada Cuaca Indonesia Terkini
- 26 November 2025












