5 Kesalahan Pola Diet yang Sering Terjadi Menurut Dokter Gizi

Kamis, 27 November 2025 | 08:31:21 WIB
5 Kesalahan Pola Diet yang Sering Terjadi Menurut Dokter Gizi

JAKARTA - Dalam upaya menurunkan berat badan, banyak orang hanya menilai keberhasilan diet dari seberapa cepat angka di timbangan berubah.

Padahal, menurut para ahli, penurunan berat badan yang signifikan tidak selalu menjadi tanda bahwa pola makan yang dijalani sudah benar. Sebagian orang justru mengalami tubuh lemas, mudah sakit, hingga kehilangan massa otot meski berat badan turun drastis. 

Kondisi tersebut menunjukkan bahwa diet yang dilakukan tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh. Melalui penjelasan dokter spesialis gizi klinik, Inge Permadhi, masyarakat diingatkan bahwa cara diet yang salah dapat menimbulkan masalah kesehatan jangka pendek maupun panjang.

Tanda Diet Tidak Sehat yang Sering Diabaikan

Banyak orang beranggapan penurunan berat badan yang cepat adalah indikator diet yang sukses. Namun, Dr. dr. Inge Permadhi, MS, SpGK(K), menegaskan bahwa tubuh yang tampak kurus tetapi tidak bertenaga merupakan tanda awal bahwa diet justru berjalan salah. Dalam wawancara yang dilansir dari Antara, ia menjelaskan bahwa penurunan berat badan yang terlalu ekstrem bisa menunjukkan bahwa massa otot ikut hilang, bukan hanya lemak.

“Pertama, kalau misalnya sangat turun berat badan, tetapi kemudian tidak berenergi, jadi lebih ke arah ototnya hilang. Jadi tampak malnutrisi, kurus tapi enggak bagus,” jelas dr. Inge. Ia menggambarkan kondisi ekstrem di mana seseorang bisa turun tiga sampai empat kilogram dalam satu minggu, namun disertai keluhan seperti mudah lelah, kulit kusam, sering merasa kedinginan, hingga gangguan menstruasi. Gejala tersebut menandakan bahwa tubuh sedang kekurangan gizi dan cairan yang seharusnya dipenuhi secara seimbang selama menjalani diet.

Pentingnya Mengetahui Kebutuhan Tubuh Sebelum Diet

Salah satu kesalahan paling umum dalam diet adalah hanya berfokus pada porsi makan yang dipangkas besar-besaran. Banyak orang berasumsi bahwa semakin sedikit makanan yang dikonsumsi, semakin cepat tubuh bisa kurus. Padahal, menurut dr. Inge, kualitas makanan jauh lebih penting dibanding semata-mata mengurangi kuantitas.

Mereka yang sedang diet tetap membutuhkan karbohidrat kompleks, protein, lemak sehat, serta asupan sayur dan buah yang cukup. Mengabaikan salah satu komponen tersebut dapat membuat tubuh tidak mendapatkan energi yang dibutuhkan untuk beraktivitas. Karena itu, dr. Inge menegaskan pentingnya memahami berapa banyak kebutuhan nutrisi harian sebelum memulai program diet.

“Misalnya berapa banyak sih dia harus makan dalam sehari, telurnya, dagingnya, ikan atau ayamnya, terus nabatinya berapa banyak, itu sayur buahnya berapa banyak. Itu yang harus kita bikin dulu, setelah itu kasih lah olahraganya apa,” ujarnya. Pola konsumsi yang terukur akan membantu tubuh tetap bertenaga meskipun sedang mengalami defisit kalori untuk penurunan berat badan.

Diet Harus Disesuaikan dengan Kondisi Individu

Tidak semua tubuh merespons makanan dengan cara yang sama. Ada orang yang membutuhkan lebih banyak protein, ada yang harus mengurangi karbohidrat, atau membutuhkan pengaturan lemak tertentu. Karena setiap orang memiliki metabolisme yang berbeda, pola diet tidak bisa disamakan untuk semua kondisi.

Menurut dr. Inge, mereka yang memiliki obesitas atau kelebihan berat badan sebaiknya melakukan konsultasi dengan spesialis gizi sebelum memulai diet apa pun. Tenaga profesional dapat membantu menyusun rencana makan yang aman, sesuai kebutuhan, dan tidak menimbulkan efek samping seperti kelelahan atau malnutrisi. Konsultasi juga penting untuk meminimalkan risiko diet yang justru membuat kondisi tubuh semakin buruk.

Mengurangi Lemak Harus Bertahap agar Tidak Kaget

Banyak orang memulai diet dengan menghilangkan gorengan dan seluruh jenis lemak dalam waktu singkat. Meski tujuannya baik, dr. Inge menyebut pendekatan tersebut justru bisa menjadi bumerang. Perubahan yang terlalu drastis dapat membuat tubuh mengalami “kaget” dan menimbulkan keinginan makan berlebihan atau craving yang sulit dikendalikan.

Ia menyarankan agar perubahan pola makan dilakukan secara bertahap sehingga tubuh dapat menyesuaikan diri. Pendekatan bertahap juga lebih mudah dijalani dalam jangka panjang dan memberikan hasil yang lebih konsisten. Diet yang perlahan namun stabil jauh lebih aman dibanding perubahan ekstrem yang hanya berlangsung beberapa hari tetapi berujung pada kelelahan dan pola makan yang tidak teratur.

Pentingnya Keseimbangan antara Makan dan Aktivitas Fisik

Dalam menjalani program penurunan berat badan, mengatur pola makan saja tidak cukup. Tubuh tetap membutuhkan aktivitas fisik untuk menjaga kekuatan otot dan memastikan metabolisme berjalan dengan optimal. Olahraga yang dipilih pun harus disesuaikan dengan usia dan kondisi kesehatan seseorang.

Pemahaman ini penting karena banyak orang memaksakan olahraga berat yang sebenarnya tidak sesuai dengan kondisi tubuh mereka. Padahal, olahraga yang berlebihan tanpa nutrisi yang cukup dapat memperparah kelelahan dan memperburuk kondisi kesehatan secara keseluruhan. Kombinasi makan terukur, olahraga yang tepat, serta pemulihan yang cukup merupakan komponen penting dalam diet yang sehat.

Kesimpulan: Diet Aman Perlu Pengetahuan dan Pendampingan

Diet yang benar bukan tentang seberapa drastis berat badan turun dalam waktu singkat, melainkan bagaimana tubuh tetap sehat dan bertenaga selama proses penurunan berat badan berlangsung. 

Pesan utama dari dr. Inge Permadhi menekankan bahwa pemahaman nutrisi, konsultasi dengan ahli, serta pendekatan bertahap merupakan kunci keberhasilan diet jangka panjang. Dengan menghindari kesalahan umum seperti penurunan kalori ekstrem, penghilangan seluruh lemak, dan mengabaikan kebutuhan nutrisi, masyarakat dapat menjalani diet yang lebih aman dan efektif.

Terkini