JAKARTA - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menegaskan pentingnya pemanfaatan pangan biru sebagai sumber nutrisi strategis untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, terutama pada tahap perkembangan awal anak.
Fokus ini menjadi bagian dari upaya nasional mencetak Generasi Emas Indonesia 2045, di mana kualitas gizi di masa 1.000 hari pertama kehidupan menjadi faktor penentu kecerdasan dan kesehatan jangka panjang.
Plt Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) KKP, Machmud, menekankan bahwa pangan biru seperti ikan, kerang, dan rumput laut kaya akan omega-3 dan nutrisi penting bagi otak dan janin. “Pangan biru merupakan sumber pangan kaya nutrisi khususnya omega-3 yang dibutuhkan untuk perkembangan otak dan janin,” kata Machmud.
Potensi Laut Indonesia untuk Pangan Bergizi
Indonesia memiliki keunggulan geografis yang besar dalam mengembangkan pangan biru. Dengan luas wilayah laut mencapai 6,4 juta km² dan garis pantai sepanjang sekitar 108 ribu km, negeri ini memiliki kapasitas alamiah untuk menghasilkan sumber protein hewani berkualitas tinggi dari perairan. Machmud menambahkan, efisiensi pengolahan makanan laut budidaya juga lebih tinggi dibanding sumber protein hewani lain, menurut proyeksi OECD, mencapai 68 persen edible yield.
Peningkatan produktivitas pangan biru, menurutnya, harus disertai dengan kampanye konsumsi ikan agar manfaat gizinya terserap optimal oleh masyarakat. Peringatan Hari Ikan Nasional (Harkannas) yang jatuh pada 21 November menjadi momen strategis untuk memperluas edukasi tentang pentingnya konsumsi ikan, dengan puncak kegiatan pada 23 November di Jakarta.
Integrasi Pangan Biru dalam Kebijakan Nasional
Dari sisi kebijakan lintas kementerian, Sekretaris Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim, Kemenko Pangan, Muhammad Mawardi, menjelaskan bahwa pangan biru telah menjadi bagian dari transformasi strategis pemerintah. Program ini tidak hanya terkait dengan pemenuhan gizi, tetapi juga penguatan kesejahteraan masyarakat nelayan, pembudidaya, dan pengurangan food waste di seluruh rantai nilai.
“Kami mengintegrasikan pangan akuatik bergizi tinggi dalam program sosial dan gizi nasional, termasuk di wilayah dengan prevalensi stunting tinggi,” ujar Mawardi. Pendekatan lintas sektor ini memastikan pangan biru menjadi bagian nyata dari strategi nasional dalam menekan masalah kekurangan gizi, memperkuat ketahanan pangan, dan mendukung pembangunan kesehatan masyarakat.
Peran Pangan Biru dalam Pencegahan Stunting
Asisten Deputi Peningkatan Gizi dan Pencegahan Stunting Kemenko PMK, Jelsi Natalia Marampa, menekankan peran penting pangan biru dalam menghadapi triple burden malnutrition, yaitu kekurangan gizi, kelebihan gizi, dan defisiensi mikronutrien. Ikan menjadi sumber protein hewani berkualitas tinggi yang kaya akan omega-3, berperan dalam kecerdasan anak, serta mendukung pencegahan stunting.
Beberapa studi menunjukkan konsumsi ikan berhubungan langsung dengan penurunan risiko stunting, sehingga anak dapat tumbuh sehat, cerdas, dan produktif. Hal ini sejalan dengan visi pemerintah untuk mencapai Generasi Emas 2045, di mana kualitas sumber daya manusia menjadi modal utama pembangunan nasional.
Gerakan Masyarakat Makan Ikan Diperluas
Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, menekankan bahwa konsumsi ikan yang tinggi menjadi salah satu fokus utama program Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan). Program ini bertujuan tidak hanya meningkatkan gizi masyarakat, tetapi juga menumbuhkan ekonomi berbasis kelautan, termasuk kesejahteraan nelayan dan pembudidaya ikan.
“Kami mendorong masyarakat untuk menjadikan ikan sebagai bagian rutin dari pola makan sehari-hari, agar gizi masyarakat terpenuhi sekaligus meningkatkan kesejahteraan nelayan dan pembudidaya,” kata Trenggono. Strategi ini sekaligus memastikan rantai produksi pangan biru berjalan berkelanjutan, efisien, dan berdampak positif bagi ekonomi lokal.
Edukasi dan Kampanye Konsumsi Ikan
Peningkatan konsumsi pangan biru juga didorong melalui edukasi dan kampanye publik. Pemerintah menekankan pentingnya mengubah perilaku masyarakat agar konsumsi ikan menjadi kebiasaan, bukan sekadar alternatif protein. Kampanye ini sejalan dengan pemantauan stunting nasional dan program gizi untuk ibu hamil dan balita.
Melalui program ini, anak-anak diharapkan mendapatkan asupan omega-3 yang cukup untuk perkembangan otak, sementara masyarakat secara umum memperoleh manfaat kesehatan dari protein hewani berkualitas tinggi. Dengan dukungan lintas kementerian dan kebijakan strategis, pangan biru diproyeksikan menjadi pilar utama dalam mencetak Generasi Emas Indonesia 2045.
Menuju Generasi Emas 2045 dengan Pangan Biru
KKP bersama Kemenko PMK dan seluruh pemangku kepentingan berkomitmen memastikan bahwa pangan biru menjadi bagian nyata dari strategi pembangunan nasional. Dari produksi hingga konsumsi, setiap langkah diarahkan untuk memastikan gizi masyarakat terpenuhi, stunting dapat ditekan, dan kesejahteraan nelayan serta pembudidaya meningkat.
Pangan biru bukan sekadar komoditas ekonomi, tetapi juga investasi jangka panjang bagi kualitas generasi mendatang. Dengan penguatan kebijakan, edukasi masyarakat, dan pengelolaan sumber daya laut yang optimal, Indonesia bergerak menuju visi Generasi Emas 2045 dengan anak-anak sehat, cerdas, dan produktif, serta masyarakat yang sejahtera.