Erick Thohir Klarifikasi Rencana Merger Pelita Air dengan Garuda
- Senin, 15 September 2025

JAKARTA - Rencana penggabungan maskapai Pelita Air dengan Garuda Indonesia menjadi sorotan publik. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, memberikan klarifikasi bahwa proses penggabungan ini sepenuhnya berada di bawah koordinasi Danantara, sementara Kementerian BUMN hanya memberikan persetujuan di tahap akhir.
“Kita prinsipnya mendukung apa yang akan dilakukan Danantara,” kata Erick saat ditemui usai Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR RI, Senin, 15 September 2025. Menurut Erick, peran Kementerian BUMN lebih bersifat administratif pada tahap akhir, setelah Danantara menyelesaikan kajian dan analisis terkait merger.
“Kalau kami kan cuma approval ujungnya saja. Jadi proses kajian itu ada di Danantara,” tambahnya. Pernyataan ini menegaskan bahwa keputusan operasional dan strategi penggabungan maskapai ditentukan oleh Danantara, sementara Kementerian BUMN memantau sebagai pihak regulator.
Baca JugaPunya Potensi Untung Besar, Inilah Perkiraan Modal Usaha Pecel Lele
Sebelumnya, Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Simon Aloysius Mantiri, mengungkapkan bahwa Perseroan tengah melakukan restrukturisasi unit usaha non-core. Langkah ini bertujuan agar Pertamina lebih fokus pada bisnis inti di sektor minyak, gas, dan energi terbarukan.
Salah satu rencana besar yang dikaji adalah penggabungan Pelita Air dengan Garuda Indonesia. Simon menjelaskan, usaha ini nantinya akan berada di bawah koordinasi Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara).
“Dengan demikian untuk beberapa usaha kami akan spin off dan tentunya mungkin akan di bawah koordinasi dari Danantara akan kita gabungkan clustering dengan perusahaan-perusahaan sejenis. Sebagai contoh untuk airline kami sedang penjajakan awal untuk penggabungan dengan Garuda Indonesia,” ungkap Simon dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR RI.
Selain sektor penerbangan, Pertamina juga memetakan unit usaha lain yang akan disesuaikan dengan strategi Danantara, termasuk sektor asuransi, pelayanan kesehatan, hospitality, dan Patra Jasa. Simon menekankan, setiap langkah restrukturisasi ini mengikuti roadmap yang telah disusun secara matang.
Selain fokus pada efisiensi dan sinergi, Pertamina juga memperkuat perannya sebagai perusahaan energi nasional yang mendukung ketahanan, ketersediaan, dan keberlanjutan energi. Untuk itu, Perseroan membentuk Direktorat Transformasi dan Keberlanjutan Bisnis, yang memiliki tiga pilar utama.
Pertama, menjadikan Pertamina lebih adaptif agar dapat merespons dinamika global dan nasional secara lincah. Kedua, mengintegrasikan aspek keberlanjutan dalam setiap lini bisnis sehingga strategi perusahaan selaras dengan agenda transisi energi dan target net zero emission 2060 atau lebih cepat. Ketiga, memperkuat sinergi dengan pemerintah melalui advokasi kebijakan strategis yang berdampak bagi perusahaan dan negara.
Dalam implementasinya, Direktorat ini akan fokus pada penyelarasan prioritas inisiatif perusahaan agar sejalan dengan arah Danantara. Hal ini juga mencakup penguatan integrasi operasional untuk memperkuat sinergi internal dan mempercepat proses transformasi bisnis.
Simon menambahkan bahwa Pertamina juga menargetkan integrasi hilir yang melibatkan penggabungan operasional antara PT Pertamina Patra Niaga, Kilang Pertamina Internasional, dan Pertamina International Shipping. Target penyelesaian integrasi ini adalah akhir tahun 2025.
Langkah-langkah strategis ini diharapkan dapat memperkuat efektivitas pengelolaan aset, memaksimalkan efisiensi operasional, dan meningkatkan daya saing Perseroan di tingkat nasional maupun internasional. Merger Pelita Air dengan Garuda Indonesia merupakan bagian dari strategi yang lebih luas untuk menata portofolio bisnis BUMN agar lebih fokus, efisien, dan berdaya saing tinggi.
Dengan proses yang berada di bawah koordinasi Danantara, Kementerian BUMN memastikan bahwa semua keputusan utama sesuai dengan regulasi dan kebijakan pemerintah. Erick Thohir menekankan bahwa Kementerian BUMN tetap mendukung inisiatif ini selama berada dalam kerangka hukum dan kebijakan negara.
Sementara itu, merger Pelita Air-Garuda diproyeksikan memberikan sinergi operasional, mengurangi duplikasi sumber daya, dan meningkatkan kapasitas layanan penerbangan domestik maupun internasional. Ini juga sejalan dengan upaya pemerintah untuk memperkuat sektor transportasi nasional melalui pengelolaan BUMN yang lebih efektif.
Keseluruhan rencana ini menegaskan bahwa langkah penggabungan Pelita Air dan Garuda Indonesia bukan hanya soal efisiensi bisnis, tetapi juga bagian dari strategi nasional untuk menciptakan BUMN yang adaptif, terintegrasi, dan mendukung pembangunan ekonomi berkelanjutan.

Mazroh Atul Jannah
Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
10 Tips Menabung untuk Bangun Rumah yang Efektif
- 15 September 2025
2.
5 Cara Cetak Rekening Koran BCA, Cepat dan Mudah
- 15 September 2025
3.
10 Usaha Sampingan Pulang Kerja untuk Menambah Penghasilan
- 15 September 2025
4.
Dana Darurat Ideal: Besaran, Cara Menghitung dan Tips Mengumpulkannya
- 15 September 2025
5.
Simulasi KPR BNI: Syarat, Suku Bunga & Cara Mengajukannya
- 15 September 2025