Geger Video Viral: Ratusan Siswa SMAN 1 Mempawah Kepung Sekolah, Tegur Gurunya Usai Gagal Ikut SNBP 2025
- Rabu, 05 Februari 2025

JAKARTA - Media sosial kembali gempar setelah video viral memperlihatkan ratusan siswa SMAN 1 Mempawah menggelar aksi demonstrasi di halaman sekolah mereka. Aksi ini dipicu oleh dugaan kelalaian pihak sekolah dalam mengisi Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS), yang mengancam kesempatan siswa untuk mengikuti Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) 2025.
Salah satu korban dari insiden ini, Muhammad Hafiz, mengungkapkan kekecewaannya. Menurut Hafiz, kegagalan mereka mendaftar SNBP sangat merugikan, mengingat banyak di antara mereka, termasuk dirinya, telah mempersiapkan diri dari semester awal untuk mendapatkan beasiswa ke perguruan tinggi negeri melalui jalur prestasi. "Dari semester 1 sampai lima kami siapkan untuk bisa lolos bersaing masuk ke Perguruan Tinggi Negeri," ucapnya dengan penuh penyesalan saat diwawancarai, Selasa, 4 Februari 2025.
Bagi Hafiz, melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi lewat jalur prestasi menjadi satu-satunya harapan. "Orangtua saya sudah meninggal dunia, hanya dengan cara inilah saya bisa kuliah," tambah Hafiz, menggambarkan betapa pentingnya kesempatan ini bagi kehidupannya.
Kekecewaan tidak hanya dirasakan Hafiz, namun juga oleh ratusan siswa lainnya. Mereka langsung mengerumuni sekolah, menuntut tanggung jawab dari pihak terkait. Dalam video yang beredar, seorang guru wanita tampak melarikan diri dengan wajah panik, dilindungi oleh pihak berwajib yang berjaga di lokasi. Dengan suara gemetar, ia menyampaikan permohonan maaf di hadapan puluhan pasang mata yang penuh amarah.
Di tengah kericuhan, pihak sekolah berusaha menawarkan solusi. Mereka berjanji akan membiayai bimbingan belajar bagi para siswa terdampak untuk persiapan mengikuti Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT). Namun, tawaran ini belum meredakan emosi para siswa yang merasa kesempatan mereka untuk meraih pendidikan lebih tinggi terancam hilang.
Namun, kesal para siswa semakin memuncak saat salah satu guru mengaitkan insiden ini dengan kondisi cuaca ekstrem. "Saya bertanya kepada kalian semua. Siapa yang mendatangkan banjir?" teriak seorang guru wanita dengan lantang, mencoba menjelaskan kelalaian tersebut. Namun usahanya hanya memperkeruh suasana. "Lah! Lah!" balas ratusan murid dengan nada semakin tinggi.
Menanggapi situasi ini, Wakil Kepala Sekolah SMAN 1 Mempawah, Febrini, menyatakan bahwa pihak sekolah akan bertindak cepat untuk memperbaiki kesalahan. "Kami akan melakukan kunjungan ke admin pusat, besok Insyaallah," jelasnya. Selain itu, pihak sekolah telah merencanakan menyewa layanan bimbingan belajar Ganesha Operation (GO) selama tiga bulan sebagai langkah untuk mengasah kemampuan akademik para siswa yang terimbas.
Menanggapi kegaduhan ini, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Barat, Rita Hastarita, turut turun tangan. Ia melakukan pemanggilan terhadap pihak-pihak terkait di SMAN 1 Mempawah untuk mengkonfirmasi kesalahan fatal dalam pengisian data PDSS. Sebelumnya, Kadisdikbud juga telah melayangkan surat teguran tertulis kepada sekolah bersangkutan.
“Pengisian data siswa seharusnya dilakukan secara teliti, dan ini menjadi tanggung jawab pihak sekolah langsung karena data tersebut terkoneksi ke portal Kemendikbud,” tegas Rita. Ia juga menginstruksikan agar perwakilan sekolah segera berkoordinasi dengan Kemendikdasmen RI untuk mencari solusi dari masalah ini.
Rita menekankan pentingnya tindakan cepat dalam situasi ini, mengingat portal pengisian data telah ditutup sejak 31 Januari 2025. “Kita akan mendampingi Kepala Sekolah dan Tim PDSS SMA N 1 Mempawah untuk berkoordinasi ke Kemendikdasmen RI,” tambahnya.
Masalah di SMAN 1 Mempawah ini menjadi pelajaran penting bagi sekolah-sekolah lainnya. Akurasi dan ketelitian dalam pengisian data PDSS menjadi krusial untuk menghindari insiden serupa di masa mendatang. Para siswa, seperti Muhammad Hafiz dan lainnya, adalah bagian dari generasi yang akan membangun masa depan bangsa. Kelalaian yang merugikan kesempatan akademis mereka akan menimbulkan dampak berkepanjangan, bukan hanya bagi individu itu sendiri, tetapi juga bagi masyarakat secara lebih luas.
Di sisi lain, insiden ini membuka dialog lebih luas mengenai kesiapan sistem pendidikan dalam menghadapi tantangan teknologi dan manajemen data. Dengan semakin dekatnya proses digitalisasi dalam sistem pendidikan, setiap institusi harus mampu beradaptasi dan memastikan setiap langkah diambil dengan kehati-hatian yang lebih tinggi.
Saat ini, semua mata tertuju pada hasil kunjungan pihak sekolah ke Kemendikbud, berharap dapat memberikan jalan keluar terbaik bagi para pelajar SMAN 1 Mempawah yang terdampak. Keputusan bijak dan langkah konkret sangat diharapkan agar hak pendidikan mereka dapat terus terjamin. Tentu saja, kisah Naufrage satu sekolah ini seharusnya menjadi contoh yang memperkuat kebijakan pendidikan ke depan agar lebih menjaga transparansi, akuntabilitas, dan keselarasan sistem operasional sekolah dengan kebijakan nasional pendidikan tinggi.

Mazroh Atul Jannah
Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
10 Tips Menabung untuk Bangun Rumah yang Efektif
- 15 September 2025
2.
5 Cara Cetak Rekening Koran BCA, Cepat dan Mudah
- 15 September 2025
3.
10 Usaha Sampingan Pulang Kerja untuk Menambah Penghasilan
- 15 September 2025
4.
Dana Darurat Ideal: Besaran, Cara Menghitung dan Tips Mengumpulkannya
- 15 September 2025
5.
Simulasi KPR BNI: Syarat, Suku Bunga & Cara Mengajukannya
- 15 September 2025