Harga CPO Terpuruk: Terseret Arus Pelemahan Minyak Kedelai dan Minyak Mentah Global
- Rabu, 05 Februari 2025

JAKARTA - Pada Rabu, 5 Februari 2025, pasar komoditas global diguncang dengan penurunan tajam harga Crude Palm Oil (CPO) di Bursa Malaysia Derivatives (BMD). Setelah mencatatkan rentetan kenaikan selama lima hari berturut-turut, keberlangsungan tren positif tersebut terhenti akibat tekanan dari penurunan harga minyak kedelai dan minyak mentah di pasar internasional.
Penurunan Harga Kontrak CPO yang Signifikan
Data penutupan perdagangan pada Selasa menunjukkan penurunan signifikan pada berbagai kontrak berjangka CPO di BMD. Kontrak berjangka untuk Februari 2025 tercatat turun 36 Ringgit Malaysia menjadi 4.591 Ringgit per ton. Sementara kontrak untuk Maret 2025 semakin menurun, terkoreksi sebesar 55 Ringgit menjadi 4.416 Ringgit per ton.
Penurunan tidak berhenti di situ. Kontrak CPO untuk pengiriman April 2025 jatuh 59 Ringgit Malaysia, berada pada level 4.308 Ringgit, sedangkan untuk Mei 2025 melemah 54 Ringgit, menjadikannya 4.227 Ringgit per ton. Kontrak untuk Juni dan Juli masing-masing menurun 50 Ringgit dan 55 Ringgit Malaysia, masing-masing ke posisi 4.168 Ringgit dan 4.123 Ringgit per ton.
Pengaruh Global Faktor Minyak Nabati dan Tarif Impor AS
Masalah ini tidak dapat dilepaskan dari pengaruh global, terutama terkait dengan dinamika minyak nabati lainnya. Menurut David Ng, seorang pedagang minyak sawit ternama yang dikutip dari Bernama, meski harga CPO telah menyentuh titik support kuat pada 4.250 Ringgit per ton, area resistance di 4.400 Ringgit tetap menjadi tantangan besar. "Fluktuasi harga minyak kedelai memainkan peran penting dalam pergerakan harga CPO. Kekuatan dan kelemahan berasal dari kompetisi langsung antara minyak nabati," ujarnya.
Selain itu, ada faktor tambahan yang memperparah situasi. Anilkumar Bagani, Kepala Riset Komoditas di Sunvin Group, menyoroti penundaan penerapan tarif impor oleh Amerika Serikat terhadap Meksiko dan Kanada yang menambah tekanan pada harga minyak sawit. "Permintaan terhadap minyak sawit masih lemah karena harga yang relatif tinggi dibandingkan minyak nabati lainnya membuat konsumen beralih," jelas Bagani.
Penurunan Produksi dan Ekspor: Fakta Mengerikan dari Lapangan
Data produksi dan ekspor semakin mempertegas kondisi ini. Laporan dari Southern Peninsular Palm Oil Millers Association (SPPOMA) menunjukkan penurunan produksi minyak sawit sebesar 15,19% pada Januari 2025 dibandingkan Desember 2024.
Sejalan dengan penurunan produksi, laporan dari cargo surveyor ITS menunjukkan bahwa ekspor minyak sawit pada Januari 2025 juga mengalami penurunan drastis. Angka ekspor hanya mencapai 1.192.328 ton, atau 12,3% lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya.
Masih Menanti Data Produksi Lebih Lanjut
Saat ini, pasar masih dalam situasi waspada, menanti rilis data produksi minyak sawit Malaysia secara keseluruhan. Data tersebut akan memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai tingkat suplai dan dampaknya terhadap permintaan global.
Saran untuk Pengusaha dan Stakeholder Sawit
Pengusaha sawit dihadapkan pada tantangan untuk mengatasi berbagai tekanan baik dari sisi produksi maupun regulasi. Seorang pengamat industri, dalam wawancara terpisah, menyatakan bahwa pelaku industri perlu lebih adaptif dan meningkatkan efektivitas strategi pemasaran untuk mengurangi dampak volatilitas harga. "Diversifikasi pasar ekspor dan peningkatan efisiensi produksi adalah langkah penting untuk menjaga daya saing di tengah persaingan minyak nabati global," kata sang pengamat.
Menuju Solusi yang Berkelanjutan
Dalam menghadapi situasi yang kompleks dan menantang ini, industri sawit diharapkan dapat berkolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah dan pemangku kepentingan lain agar kebijakan yang diambil dapat mendukung keberlanjutan industri sawit di tengah fluktuasi global. Terlebih, dengan adanya desakan pengusaha sawit agar regulasi baru terkait Devisa Hasil Ekspor (DHE) ditunda, koordinasi lintas sektor menjadi kunci untuk menemukan solusi paling tepat.
Dengan harga CPO yang tergelincir akibat serangkaian faktor eksternal dan internal, pelaku pasar dihadapkan pada perlunya pendekatan strategis untuk meredam dampak negatif. Sinergi dan inovasi produk menjadi kunci untuk membantu industri sawit bangkit kembali menghadapi tantangan global. Dalam jangka panjang, ketidakpastian global menuntut fleksibilitas dan daya tahan industri yang lebih kuat untuk tetap bertahan dan berkembang.
Dengan pemahaman yang mendalam terkait faktor-faktor penentu harga CPO serta respons yang tepat, masa depan industri sawit dapat tetap cerah dan memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional. Semoga, berbagai hambatan yang menahan laju ekspor dapat segera teratasi dengan kebijakan yang tepat sasaran.

Mazroh Atul Jannah
Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
10 Tips Menabung untuk Bangun Rumah yang Efektif
- 15 September 2025
2.
5 Cara Cetak Rekening Koran BCA, Cepat dan Mudah
- 15 September 2025
3.
10 Usaha Sampingan Pulang Kerja untuk Menambah Penghasilan
- 15 September 2025
4.
Dana Darurat Ideal: Besaran, Cara Menghitung dan Tips Mengumpulkannya
- 15 September 2025
5.
Simulasi KPR BNI: Syarat, Suku Bunga & Cara Mengajukannya
- 15 September 2025