Anies Baswedan, mantan Gubernur DKI Jakarta, yang dikenal sebagai penggagas berbagai organisasi berbasis gerakan seperti Indonesia Mengajar dan TurunTangan, kini mengambil langkah baru dengan membentuk organisasi nonpemerintah (ornop) berbasis karya. Inisiatif ini bertujuan menciptakan dampak sosial nyata bagi masyarakat luas di Indonesia.
Berbeda dari gerakan sebelumnya, yang lebih berfokus pada mobilisasi dan kesadaran, organisasi baru ini akan menempatkan karya nyata sebagai inti dari aktivitasnya. Langkah ini didukung oleh Gerakan Rakyat, sebuah ormas yang dipimpin oleh Juru Bicara Anies Baswedan, Sahrin Hamid, yang kini juga aktif bergerak ke berbagai daerah di Indonesia untuk memperluas jangkauan dan pengaruh gerakan tersebut.
Prof. Dr. Heru Kurnianto Tjahjono, Guru Besar Manajemen Sumber Daya Manusia yang mengajar di Universitas Gadjah Mada dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, memberikan pandangannya terkait inisiatif terbaru Anies. "Langkah Anies dalam membentuk organisasi berbasis karya bukanlah hal yang mengejutkan, mengingat rekam jejaknya yang terus mendorong nilai-nilai solidaritas sosial untuk memajukan kualitas hidup manusia Indonesia," kata Prof. Heru.
Anies Baswedan, dalam sebuah pernyataannya, menegaskan bahwa manusia Indonesia harus menjadi modal utama pembangunan nasional, bukan sekadar sumber daya yang dieksploitasi. Menurutnya, istilah "sumber daya manusia" kerap menyiratkan bahwa manusia bisa diperlakukan layaknya sumber daya alam, yang bisa dimanfaatkan sebanyak mungkin. Namun, perspektif "modal manusia" menekankan pemberdayaan potensi manusia sebagai subjek pembangunan.
"Semakin banyak organisasi berbasis karya, semakin baik," ujar Prof. Heru. "Tujuannya adalah menghasilkan karya-karya yang memiliki dampak sosial positif bagi masyarakat." Ia menambahkan bahwa langkah ini perlu diapresiasi dan didukung karena Anies membangun ekosistem yang menempatkan manusia sebagai aktor utama pembangunan.
Lebih lanjut, Prof. Heru menjelaskan perbedaan antara organisasi berbasis massa dan organisasi berbasis karya. Organisasi berbasis massa, menurutnya, cenderung berfokus pada mobilisasi massa dalam isu-isu tertentu, seperti kampanye, advokasi, atau protes. Sebaliknya, organisasi berbasis karya lebih menekankan pendidikan, pengembangan kompetensi, serta pencapaian kualitas dan prestasi individu. "Organisasi berbasis karya memberikan dampak nyata bagi masyarakat dengan memberdayakan potensi manusia untuk berkontribusi langsung pada lingkungan sekitar," ujarnya.
Sinergi yang terbangun dalam organisasi berbasis karya ini diharapkan dapat menciptakan inovasi-inovasi baru yang akan meningkatkan kesejahteraan nasional dalam cara yang adil dan berkelanjutan. Prof. Heru menegaskan bahwa manusia berperan sentral dalam pembangunan. Melalui kecerdasan, kreativitas, dan karakter yang kuat, manusia Indonesia dapat berkontribusi lebih nyata terhadap pembangunan bangsa.
Inisiatif Anies juga disambut baik oleh pihak lain, yang melihat hal ini sebagai peluang untuk memperkuat jaringan solidaritas sosial yang telah dibangun sebelumnya. Mereka percaya bahwa organisasi ini akan menjadi wadah bagi banyak individu yang rindu untuk berkontribusi secara nyata dan kreatif dalam menyelesaikan berbagai permasalahan sosial yang ada.
Dengan adanya gerakan baru ini, diharapkan kontribusi yang lebih besar dalam menciptakan dampak sosial di berbagai sektor, mulai dari pendidikan, kesehatan, hingga pemberdayaan ekonomi masyarakat. Semua itu diharapkan bisa dicapai melalui karya nyata yang memberikan solusi sekaligus inspirasi bagi generasi masa depan Indonesia.
Melalui peluncuran organisasi berbasis karya ini, Anies Baswedan ingin memastikan bahwa manusia Indonesia tidak hanya menjadi objek dalam pembangunan, tetapi juga mampu menjadi agen perubahan sejati bagi bangsa dan negara. Langkah ini diharapkan dapat memacu semangat kolaborasi dan gotong royong yang sudah menjadi bagian dari identitas bangsa Indonesia.