PT Kereta Api Indonesia (KAI) Commuter bersiap untuk sebuah perubahan besar dengan menutup semua loket tiket stasiun dan beralih sepenuhnya ke sistem pembayaran digital. Langkah ini diharapkan akan mengubah cara pengguna berinteraksi dengan layanan kereta api commuter di Indonesia, sekaligus memanfaatkan tren digital yang kian menguat di masyarakat.
Direktur Utama PT Kereta Commuter Indonesia (KCI), Asdo Artriviyanto, dalam sebuah konferensi pers di Jakarta pada 30 Januari, mengumumkan bahwa perusahaan sedang mempersiapkan peluncuran sistem pembayaran digital terintegrasi. Sistem ini dirancang untuk memungkinkan pengguna melakukan top-up saldo menggunakan standar QRIS yang terhubung dengan berbagai bank.
"Kami berencana untuk segera meluncurkan sistem pembayaran yang terintegrasi dengan beberapa bank, dan akan memfasilitasi top-up menggunakan QRIS. Secara bertahap, kita akan menghilangkan loket-loket tiket," ujar Asdo.
Langkah ini diambil sebagai respons terhadap peningkatan penggunaan transaksi digital oleh masyarakat. Namun, Asdo menjelaskan bahwa pihaknya memperhatikan kebutuhan pengguna yang mungkin belum terbiasa dengan metode pembayaran digital ini. Tahap awal implementasi akan diterapkan di stasiun-stasiun besar, di mana kebanyakan pengguna sudah familiar dengan QRIS.
"Untuk tahap awal, kami akan memulai di stasiun-stasiun besar yang mayoritas penggunanya sudah terbiasa menggunakan QRIS," jelas Asdo.
Volume Pengguna KRL Meningkat Pesat
Perubahan ini juga dipicu oleh peningkatan signifikan dalam jumlah pengguna. PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) mencatat jumlah pengguna commuter line pada tahun 2024 mencapai 374 juta orang, melampaui target yang ditetapkan sebesar 359 juta orang. Sebagian besar pengguna berasal dari wilayah Jabodetabek.
"Total pengguna commuter line 2024 mencapai 374 juta orang, ini merupakan angka tertinggi dengan Jabodetabek sebagai penyumbang terbesar," kata Asdo Artriviyanto.
Lebih lanjut, Asdo merinci bahwa jumlah pengguna di wilayah Jabodetabek mencapai 328 juta orang. Sedangkan jumlah pengguna di wilayah lainnya juga menunjukkan angka signifikan, seperti KRL Bandara Soekarno-Hatta sebanyak 2,2 juta orang, KRL Wilayah 1 Jakarta 4,2 juta orang, KRL Wilayah 2 Bandung 16,1 juta orang, KRL dan Prameks Wilayah 6 Yogyakarta 8,9 juta orang, serta KRL Wilayah 8 Surabaya sebanyak 14,7 juta orang.
"Konsep angkutan commuter ini memang menunjukkan pertumbuhan yang signifikan, terutama di wilayah yang mengalami perkembangan pesat. Tiap tahunnya, kami melihat peningkatan yang berkelanjutan," tambah Asdo.
Sementara itu, transaksi pengguna aplikasi QR juga menunjukkan tren peningkatan, mencapai hampir 28,5 juta transaksi atau sekitar 8,44 persen dari total transaksi. Menurut Asdo, ini menunjukkan bahwa masyarakat semakin familiar dengan penggunaan QR dalam pembayaran.
"Transaksi dengan QR penumpang mulai meningkat signifikan tahun ini. Masyarakat mulai familiar dengan QR," ujar Asdo.
Tantangan dan Peluang di Era Digital
Pengenalan sistem pembayaran digital penuh ini tentunya menghadirkan tantangan tersendiri, terutama dalam hal edukasi dan adaptasi pengguna yang belum terbiasa dengan teknologi digital. Namun, langkah progresif ini merupakan bagian dari visi KAI untuk meningkatkan efisiensi operasional dan memberikan pengalaman yang lebih baik bagi pengguna.
Pihak KAI Commuter berharap bahwa dengan transformasi ini, mereka tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan pengguna yang semakin dinamis, tetapi juga meningkatkan keamanan dan kecepatan dalam proses pembayaran dan akses ke layanan kereta api.
Seiring dengan kemajuan teknologi dan kebutuhan pengguna yang terus berubah, KAI Commuter optimis bahwa langkah ini akan memperkuat posisinya sebagai salah satu penyedia angkutan penumpang terkemuka di Indonesia. Transformasi digital ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan dan memudahkan aksesibilitas bagi jutaan pengguna yang mengandalkan layanan transportasi umum setiap harinya.