Inflow Asing Mengalir di Pasar Modal Indonesia: Tantangan dan Peluang di Tahun 2025
- Senin, 09 Desember 2024
JAKARTA - Pasar modal Indonesia terus menunjukkan potensi sebagai lahan subur bagi para investor asing untuk menempatkan portofolio mereka. Berdasarkan data dari Bloomberg hingga 6 Desember 2024, investor asing tercatat melakukan net buy sebesar US$ 1,53 miliar di pasar ekuitas dan US$ 2,94 miliar di pasar obligasi.
Angka ini mencerminkan minat yang berkelanjutan meskipun masih tertinggal dari pasar China yang menerima stimulus besar-besaran dari pemerintahnya, Senin, 9 Desember 2024.
Posisi Indonesia dalam Konteks Asia
Di konteks Asia, posisi Indonesia cukup kompetitif meskipun berada di bawah pasar modal China. Di China, hingga 30 September 2024, net buy asing di pasar ekuitas mencapai US$ 52,19 miliar, dan US$ 82,97 miliar di pasar obligasi. Jepang dan Korea Selatan juga memperlihatkan daya tarik yang isnis bagi investor asing dengan net buy masing-masing sebesar US$ 8,77 miliar dan US$ 3,79 miliar.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, menjelaskan bahwa penurunan indeks di pasar China membuat valuasi saham di sana menjadi lebih murah, sehingga menarik lebih banyak modal asing. "Ketika ada komitmen yang lebih besar dari pemerintah China, itu bisa menjadi katalis positif yang akhirnya mendorong aliran dana investor asing masuk ke China," ujarnya.
Namun, Indonesia tetap memiliki peluang untuk menarik lebih banyak investasi asing. Menurut Nico, beberapa variabel kunci yang menjadi pertimbangan para investor adalah rencana kerja pemerintah dan aktualisasi rencana tersebut, prospek ekonomi nasional, serta variabel makro ekonomi seperti inflasi, suku bunga, dan nilai tukar.
Menanti Prospek Tahun 2025
Tahun 2025 diprediksi menarik bagi investor karena akan diawali dengan 100 hari kerja pemerintahan baru di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto. Program kerja presiden baru ini dapat menjadi sentimen positif di pasar modal. Nico menyoroti fokus Prabowo pada pembangunan sumber daya manusia dengan program Makan Bergizi Gratis dalam upaya mewujudkan Indonesia emas.
"Rencana tersebut berkelanjutan dan berkesinambungan sehingga hal ini menjadi salah satu daya tarik bagi pelaku pasar dan investor khususnya asing untuk tetap berinvestasi di pasar modal Indonesia," katanya, Minggu, 8 Desember 2024.
Nafan Aji Gusta, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, mencatat bahwa pasar menantikan realisasi janji politik Prabowo untuk meningkatkan ekonomi. "Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia merupakan tantangan yang luar biasa, di mana pemerintah harus menciptakan mesin pertumbuhan ekonomi baru," tuturnya.
Tarik Pola Kebijakan Ekonomi
VP Marketing, Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas Indonesia, Oktavianus Audi, menambahkan bahwa target Prabowo untuk mendorong pertumbuhan PDB Indonesia hingga 8% bisa menjadi daya tarik bagi investor. "Dengan asumsi tercapainya target jangka panjang untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi 8%, maka IHSG masih memiliki peluang yang jauh lebih tinggi," katanya.
Audi juga menyoroti bahwa stabilitas nilai tukar rupiah, pertumbuhan PDB di atas 5%, daya beli masyarakat yang terjaga, serta kebijakan pro pertumbuhan ekonomi dari pemerintah akan mendukung minat investor asing. "Jika suku bunga Federal Fund Rate di tahun depan hanya dipangkas 50 bps–75 bps, maka akan mendorong inflow kembali ke IHSG sebagai alternatif return yang lebih besar," tambahnya.
Namun, faktor luar negeri seperti kebijakan moneter bank sentral dan tensi geopolitik juga menjadi perhatian. Audi menegaskan bahwa keberlanjutan ketidakpastian arah kebijakan, misalnya dari Amerika Serikat, membuat investor cenderung berhati-hati dan melakukan kalkulasi ulang.
Baca Juga
Tri Kismayanti
Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Pelindo Tingkatkan Efisiensi Logistik Lewat Digitalisasi dan Transformasi Operasional
- Senin, 25 November 2024