JAKARTA - Cuaca di sejumlah wilayah Sumatra kembali menjadi sorotan setelah Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mendeteksi peningkatan aktivitas Bibit Siklon Tropis 95B.
Kondisi atmosfer yang dinilai tidak stabil itu membuat risiko cuaca ekstrem semakin besar, terutama di Aceh dan Sumatera Utara. Dalam beberapa hari terakhir, fenomena ini berkaitan dengan kejadian hujan lebat dan angin kencang yang memicu banjir bandang di berbagai daerah. Peringatan dini pun disampaikan kepada pemerintah daerah dan masyarakat karena sistem cuaca tersebut menunjukkan perkembangan signifikan.
Situasi Terkini dan Pemicu Cuaca Ekstrem
Dalam laporan yang dirangkum pada Kamis, 27 November 2025, sejumlah wilayah Sumatera Utara hingga Sumatera Barat mengalami hujan lebat disertai angin kencang. BMKG menjelaskan bahwa peningkatan Bibit Siklon Tropis 95B menjadi salah satu faktor utama munculnya cuaca ekstrem tersebut. Sistem itu memicu potensi hujan dengan intensitas tinggi serta hembusan angin kuat di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, dan sekitarnya.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menerangkan bahwa ada dua sistem cuaca signifikan yang memicu kondisi ekstrem pada 25 November 2025. Kedua sistem itu adalah Siklon Tropis KOTO yang berkembang di Laut Sulu dan Bibit Siklon 95B yang terpantau di Selat Malaka.
“Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melalui Tropical Cyclone Warning Center (TCWC) Jakarta melaporkan dua sistem cuaca signifikan yang memicu terjadinya cuaca ekstrem di wilayah Sumatra Utara pada 25 November 2025, yakni Siklon Tropis KOTO yang berkembang di Laut Sulu dan Bibit Siklon 95B yang terpantau di Selat Malaka,” ujar Abdul Muhari.
BNPB menjelaskan bahwa kedua sistem ini memengaruhi peningkatan curah hujan dan angin kencang di bagian utara Sumatra. Bibit Siklon 95B membentuk awan konvektif yang semakin meluas di atas Aceh hingga Sumatera Utara sehingga meningkatkan curah hujan ekstrem dalam beberapa hari terakhir.
Pola Atmosfer yang Memperkuat Hujan Lebat
Siklon Tropis KOTO memberikan dampak tambahan melalui pola belokan angin serta penarikan massa udara basah atau inflow menuju pusat siklon. Kondisi tersebut mendorong pertumbuhan awan hujan di wilayah barat Indonesia, termasuk Sumatera Utara. Kombinasi berbagai fenomena atmosfer itu membuat hujan lebat semakin intens dan meluas.
Selain memicu cuaca ekstrem di daratan, Siklon Tropis KOTO juga berpotensi menghadirkan hujan sedang hingga lebat di beberapa wilayah lain seperti Kalimantan Barat dan Kepulauan Riau. Pengaruhnya juga terlihat pada kondisi maritim dengan gelombang tinggi antara 1,25 hingga 2,5 meter di sejumlah perairan mulai dari Sangihe-Talaud hingga Samudra Pasifik utara Maluku–Papua.
Peringatan BMKG kepada Pemerintah Daerah
Kepala BMKG, Teuku Faisal Fathani, menyampaikan bahwa Bibit Siklon Tropis 95B telah menunjukkan perkembangan signifikan sejak pertama kali teridentifikasi pada 21 November 2025. Sistem tersebut terpantau berada di perairan timur Aceh, Selat Malaka, dan memerlukan kewaspadaan penuh.
Ia meminta masyarakat di wilayah terdampak untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan tetap memantau informasi resmi dari BMKG.
BMKG juga mengimbau pemerintah daerah serta pihak terkait agar memastikan langkah mitigasi berjalan optimal guna meminimalkan potensi dampak buruk yang mungkin timbul akibat cuaca ekstrem.
Analisis Meteorologi Terkini dari BMKG
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan bahwa berdasarkan analisis 26 November 2025 pukul 01.00 WIB, sistem 95B masih berada di sekitar perairan timur Aceh. Sistem itu memicu pertumbuhan awan hujan yang meluas dan meningkatkan potensi hujan lebat hingga ekstrem disertai angin kencang di wilayah pesisir Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Riau.
“Peluang bibit ini berkembang menjadi siklon tropis cukup tinggi dalam 24 jam ke depan, mengingat teridentifikasi adanya peningkatan angin kencang hingga lebih dari 35 knot (65 km/jam), sehingga masyarakat diimbau tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem dalam waktu dekat,” tutur Guswanto.
Di sisi lain, Direktur Meteorologi BMKG, Andri Ramdhani, menegaskan bahwa dalam 24 jam mendatang, Bibit Siklon 95B diprediksi memberi dampak langsung terhadap cuaca dan gelombang laut di Indonesia terutama di sekitar Aceh dan Sumatera Utara. Berdasarkan analisis BMKG, sistem tersebut dapat memicu hujan lebat hingga ekstrem di Aceh dan Sumatera Utara serta sebagian wilayah Sumatera Barat dan Riau. Angin kencang juga berpotensi menerjang banyak wilayah di Sumatra bagian Utara.
Dampak pada Kondisi Laut dan Ancaman Gelombang Tinggi
Bibit Siklon 95B tidak hanya berdampak pada kondisi atmosfer, tetapi juga memengaruhi kondisi laut. Sistem ini berpotensi menimbulkan gelombang tinggi antara 2,5 hingga 4 meter di Selat Malaka bagian tengah, Perairan Timur Sumatera Utara, serta Samudra Hindia dari barat Aceh hingga Nias.
Gelombang sedang dengan ketinggian 1,25 hingga 2,5 meter juga berpotensi terjadi di sejumlah wilayah lain seperti Selat Malaka bagian utara, Perairan Rokan Hilir, dan Dumai–Bangkalis.
Andri menegaskan bahwa BMKG melalui TCWC Jakarta akan terus melakukan pemantauan intensif selama 24 jam penuh. Ia juga mendorong masyarakat untuk selalu mengakses informasi resmi dan tidak mudah percaya pada kabar yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.
“BMKG melalui TCWC Jakarta akan terus melakukan pemantauan intensif selama 24 jam penuh terhadap pergerakan sistem ini. BMKG menekankan pentingnya mengakses informasi resmi melalui kanal BMKG dan menghindari penyebaran informasi yang tidak bisa dipertanggungjawabkan,” kata Andri.