JAKARTA – Pemerintah melalui program Makan Bergizi Gratis (MBG) berupaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia sejak dini dengan memastikan anak-anak mendapatkan asupan gizi yang optimal.
Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, menegaskan bahwa kebijakan ini bukan sekadar program sosial, tetapi langkah revolusioner yang dapat memengaruhi peradaban, produktivitas, dan kreativitas generasi muda.
“Yang membuat kebijakan ini revolusioner adalah pemahaman bahwa makan itu menentukan peradaban manusia. Kebijakan Pak Prabowo dan Pak Presiden sangat tepat karena memahami masalah sekaligus solusinya,” kata Zulhas saat Pelantikan dan Pengukuhan Pengurus Dewan Pengurus Pusat (DPP) Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia (APDESI) Merah Putih Periode 2025–2030, Selasa di Jakarta.
Asal Usul Makanan dan Perkembangan Peradaban
Zulhas menjelaskan bahwa makanan Indonesia merupakan hasil perjalanan panjang peradaban yang dipengaruhi oleh politik, ekonomi, budaya, dan agama. Dari masa kecilnya di desa Lampung, ia terbiasa mengonsumsi ubi, buah-buahan dari hutan, daging kerbau, dan ikan. Pengalaman ini memberi dasar pemahaman tentang pentingnya gizi bagi pertumbuhan fisik dan intelektual anak.
Seiring waktu, percampuran budaya dari Vietnam, Filipina, dan Tiongkok membawa masuk komoditas baru seperti beras, kedelai, sapi, mie, dan ayam broiler. Jenis makanan ini berperan penting dalam menunjang tingkat Intelligence Quotient (IQ) masyarakat pada dekade 1980-an, yang setara dengan negara-negara seperti Tiongkok dan Korea Selatan.
Tantangan Gizi Saat Ini
Zulhas menyoroti tantangan gizi yang dihadapi Indonesia saat ini. Ia menilai bahwa rata-rata IQ masyarakat Indonesia berada di bawah negara-negara tersebut, yang menurutnya disebabkan oleh kurangnya asupan gizi yang memadai. Kondisi ini berdampak pada produktivitas, kualitas fisik, kreativitas, dan kemampuan intelektual masyarakat, sehingga memerlukan perhatian serius dari pemerintah.
“Bapak Presiden memahami bahwa makan itu penting. Dampaknya terhadap ekonomi, budaya, peradaban, serta produktivitas dan kreativitas anak-anak kita sangat nyata,” ungkap Zulhas. Pernyataan ini menegaskan bahwa MBG bukan hanya soal menyediakan makanan, tetapi sebagai strategi jangka panjang untuk pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas.
MBG di Sekolah: Strategi Peningkatan Kecerdasan dan Fisik Anak
Sebagai tindak lanjut, pemerintah menerapkan kebijakan MBG di sekolah-sekolah. Tujuannya adalah memastikan anak-anak memperoleh asupan gizi yang cukup untuk mendukung perkembangan intelektual dan fisik mereka. Program ini diharapkan mampu menciptakan generasi yang lebih cerdas, sehat, dan produktif.
MBG dirancang untuk memberikan makanan bernutrisi seimbang, mencakup karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral. Dengan pendekatan ini, pemerintah ingin menekan angka kekurangan gizi pada anak, sekaligus meningkatkan kemampuan belajar dan daya tahan tubuh mereka.
Dampak Ekonomi dan Sosial dari MBG
Selain manfaat bagi kesehatan dan intelektual, Zulhas menekankan bahwa program MBG memiliki efek domino terhadap perekonomian dan budaya masyarakat. Anak-anak yang sehat dan cerdas memiliki potensi lebih besar untuk berkontribusi pada produktivitas nasional di masa depan. Program ini juga mendorong industri pangan lokal karena pemerintah akan mengutamakan bahan makanan yang diproduksi dalam negeri.
“Ini bukan hanya soal anak-anak, tetapi soal membangun peradaban dan ekonomi bangsa. Makan yang bergizi berpengaruh langsung terhadap daya produktivitas dan kreativitas generasi muda,” jelas Zulhas.
Peran Pemerintah dan Kepedulian Terhadap Gizi Anak
Zulhas menegaskan bahwa pemerintah memahami pentingnya intervensi sejak dini. Kebijakan MBG menunjukkan komitmen pemerintah untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung perkembangan fisik dan intelektual anak-anak. Program ini juga diharapkan menjadi model yang dapat diterapkan secara berkelanjutan di seluruh wilayah Indonesia.
Dengan pemahaman ini, pemerintah menekankan kolaborasi antarinstansi untuk mendukung implementasi MBG. Pendekatan holistik ini diharapkan menjamin keberlanjutan program, dari pengadaan bahan makanan hingga distribusi yang tepat di sekolah-sekolah.
Kesimpulan: MBG sebagai Kebijakan Revolusioner
Menko Pangan menegaskan bahwa MBG bukan sekadar program konsumsi makanan, tetapi kebijakan revolusioner yang menyentuh aspek peradaban, produktivitas, kreativitas, dan ekonomi. Pemerintah menempatkan gizi sebagai fondasi pembangunan manusia Indonesia agar generasi mendatang lebih cerdas, sehat, dan mampu berkontribusi maksimal bagi negara.
“Kebijakan ini revolusioner karena makan itu menentukan masa depan bangsa. Dengan program MBG, kita tidak hanya memberi makan, tetapi juga membangun kualitas sumber daya manusia,” pungkas Zulhas.
Program Makan Bergizi Gratis diharapkan menjadi contoh nyata bagaimana intervensi gizi dapat berperan strategis dalam pembangunan nasional, menegaskan peran pemerintah dalam menyiapkan generasi yang sehat, cerdas, dan produktif.