JAKARTA - Pergerakan pasar properti residensial pada Oktober 2025 menunjukkan dinamika yang menarik untuk dicermati.
Di tengah kenaikan harga rumah seken secara tahunan, kondisi pasokan justru bergerak ke arah berbeda. Data terbaru menunjukkan bahwa suplai rumah seken mengalami penurunan cukup signifikan, memberikan gambaran bahwa pasar tengah berada dalam fase konsolidasi. Fenomena ini juga menjadi sinyal bahwa preferensi konsumen maupun perilaku pemilik properti sedang mengalami perubahan yang turut mempengaruhi ritme pasokan di berbagai kota besar.
Pasar perumahan sekunder umumnya merefleksikan respons langsung dari pemilik maupun pembeli terhadap perubahan ekonomi, daya beli, hingga tren hunian. Oleh karena itu, pergeseran pasokan yang terjadi di Oktober 2025 tidak hanya sekadar angka statistik, tetapi juga potret kondisi real-time dari sektor perumahan di Indonesia. Pada bulan tersebut, tren permintaan dan penawaran menunjukkan arah yang tidak sepenuhnya sejalan, sehingga dinamika pasar semakin menarik untuk dibahas lebih mendalam.
Laporan Terbaru dari Rumah123
Gambaran mengenai kondisi tersebut diuraikan dalam Flash Report November 2025 yang dirilis oleh Rumah123 pada Jumat, 14 November 2025. Dalam laporan ini, perusahaan mengungkap perkembangan Indeks Suplai Rumah Sekunder sepanjang Oktober 2025. Berdasarkan laporan tersebut, pasokan rumah seken secara bulanan turun 0,3%.
Sementara itu, secara tahunan, volume pasokan tercatat lebih rendah 8,1%. Fakta ini menunjukkan bahwa pemilik rumah tampaknya semakin selektif untuk melepas properti mereka ke pasar, meskipun harga sedang memasuki tren kenaikan.
Turunnya pasokan di tengah naiknya harga menjadi salah satu indikator bahwa sebagian pemilik properti mungkin memilih menunda penjualan dengan harapan mendapatkan keuntungan lebih besar di kemudian hari. Namun, di sisi lain, penurunan pasokan juga dapat menimbulkan persaingan baru di antara calon pembeli yang mencari rumah seken di lokasi-lokasi populer.
Peta Popularitas Lokasi Penawaran
Masih dari laporan Rumah123, Tangerang tercatat sebagai lokasi penawaran rumah seken paling populer dibandingkan sejumlah kota lain yang masuk dalam survei perusahaan tersebut. Total penawaran atau listing enquiries di Tangerang mencapai 13,7% dari keseluruhan penawaran rumah seken pada Oktober 2025. Hal ini menunjukkan bahwa kawasan tersebut masih menjadi salah satu magnet terbesar bagi masyarakat yang mencari hunian sekunder, baik untuk tujuan investasi maupun kepemilikan pribadi.
Posisi populer berikutnya ditempati oleh Jakarta Selatan dengan pangsa pasar mencapai 11,8%. Kawasan ini sejak lama dikenal sebagai salah satu pusat hunian strategis, terutama bagi mereka yang bekerja di sektor bisnis dan perkantoran ibu kota. Sementara itu, Jakarta Barat berada di posisi ketiga dengan pangsa pasar sebesar 10,8%, memperlihatkan bahwa minat terhadap hunian sekunder di wilayah Jabodetabek tetap terdistribusi secara stabil.
Dalam laporan yang sama, pembaca juga diingatkan mengenai perkembangan harga rumah seken di Makassar yang mencatat kenaikan tertinggi secara nasional pada Oktober 2025, yakni mencapai 8,4%. Kenaikan harga tersebut semakin memperkaya dinamika pasar properti di berbagai daerah.
Perubahan Popularitas Kawasan Jabodetabek
Selain data pasokan dan lokasi populer, laporan Rumah123 juga menyoroti perubahan proporsi popularitas kawasan di Jabodetabek secara bulanan. Jakarta Pusat tercatat sebagai kota dengan kenaikan proporsi popularitas terbesar. Kawasan ini mencatat kenaikan proporsi 0,4%, diikuti oleh Bogor yang naik 0,3%, serta Bekasi yang mengalami kenaikan 0,2%.
Kenaikan popularitas di kota-kota tersebut menandakan bahwa pasar rumah seken di Jabodetabek semakin dinamis. Kehadiran transportasi publik yang semakin terintegrasi, perkembangan kawasan, hingga pembangunan infrastruktur baru kemungkinan menjadi salah satu faktor yang mendorong peningkatan minat pencari rumah di wilayah tersebut.
Di sisi lain, beberapa kawasan mengalami penurunan proporsi enquiries secara bulanan. Jakarta Selatan mengalami penurunan proporsi terbesar yaitu 0,9%, sedangkan Jakarta Barat dan Tangerang masing-masing turun 0,4%. Penurunan ini dapat disebabkan oleh banyak hal, mulai dari kenaikan harga rumah di wilayah tersebut hingga pergeseran minat konsumen menuju kota-kota dengan harga lebih kompetitif.
Tren di Kota Lain di Pulau Jawa
Sementara itu, di kota-kota besar lainnya di Pulau Jawa, tren kenaikan proporsi popularitas juga terlihat merata. Semarang, Sidoarjo, dan Surabaya mencatatkan kenaikan proporsi sebesar 0,2%. Ketiga kota ini memang terus menunjukkan perkembangan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi wilayah masing-masing, sehingga permintaan rumah seken pun ikut meningkat.
Selain kota-kota tersebut, Denpasar turut mencatat kenaikan proporsi 0,1% secara bulanan. Ini menunjukkan bahwa pasar rumah seken di Bali masih memiliki daya tarik tersendiri, baik bagi investor maupun pembeli yang mencari hunian di kawasan pariwisata.