MBMA Catat Kinerja Operasional Solid, Saham Tembus Reli Positif Kuartal III-2025

Rabu, 12 November 2025 | 08:13:17 WIB
MBMA Catat Kinerja Operasional Solid, Saham Tembus Reli Positif Kuartal III-2025

JAKARTA – PT Merdeka Battery Materials Tbk. (MBMA) menegaskan posisi strategisnya di sektor pertambangan nikel dengan kinerja operasional yang solid sepanjang kuartal III/2025. 

Lonjakan produksi nikel saprolit dan limonit yang signifikan menjadi motor utama bagi kenaikan kepercayaan investor, tercermin dari reli harga saham MBMA di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Presiden Direktur MBMA, Teddy Oetomo, menyampaikan bahwa sepanjang kuartal III/2025, tambang PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM) berhasil meningkatkan produksi nikel saprolit sebesar 89% year on year (YoY) menjadi 2 juta ton metrik basah (wmt), sedangkan limonit naik 51% YoY menjadi 5,6 juta wmt. Peningkatan ini sejalan dengan ekspansi kapasitas tambang dan penerapan efisiensi operasional secara menyeluruh.

“Performa kuartal ini menunjukkan perbaikan struktural di seluruh rantai nilai MBMA. Kami berhasil mempertahankan efisiensi dan meningkatkan output produksi, sekaligus menjaga kualitas produk agar tetap kompetitif di pasar global,” ujar Teddy.

Efisiensi Biaya dan Margin Operasional

Biaya tunai saprolit tercatat US$23,3/wmt, lebih rendah dibandingkan US$23,8/wmt pada tahun sebelumnya. Meski margin kas saprolit turun 70% YoY akibat penurunan harga jual rata-rata (ASP) 14%, limonit justru mencatat margin kas US$6,5/wmt atau naik 20% YoY, meski ASP mengalami penurunan sekitar 6%. Hal ini menunjukkan bahwa MBMA tetap mampu menjaga profitabilitas melalui optimalisasi biaya dan efisiensi operasional.

MBMA juga berfokus pada proyek hilirisasi melalui smelter High Pressure Acid Leach (HPAL) dan Acid Iron Metal (AIM). Langkah ini bertujuan memperkuat posisi perusahaan sebagai pemasok global bahan baku baterai, sekaligus meningkatkan nilai tambah dari rantai produksi nikel. “Perseroan tetap berada pada jalur yang sesuai untuk mencapai target volume bijih dan panduan biaya tahun 2025, didukung ekspansi armada tambang serta penyelesaian infrastruktur pipa slurry,” tambah Teddy.

Proyek Strategis dan Pengembangan Pabrik

Proyek HPAL yang dikelola PT Sulawesi Nickel Cobalt (SLNC) telah mencapai progres pembangunan 54%, sementara fasilitas Feed Preparation Plant (FPP) tercatat 29%. Pabrik diharapkan mulai commissioning tahap pertama pada pertengahan 2026. Di sisi lain, pabrik AIM yang dikelola PT Merdeka Tsingshan Indonesia (MTI) memproduksi asam sulfat secara stabil di level 251.715 ton.

Selain itu, pembangunan pabrik klorida dan katoda tembaga telah memasuki tahap commissioning. Produksi awal lembaran tembaga katoda dirancang memenuhi standar London Metal Exchange (LME). MBMA juga menandatangani perjanjian penjualan nickel matte, yang mendasari kelanjutan produksi High-Grade Nickel Matte (HGNM) pada kuartal IV/2025.

Di hilir, produksi Nickel Pig Iron (NPI) menurun menjadi 19.819 ton, namun margin justru meningkat menjadi US$2.215 per ton nikel berkat penurunan biaya tunai 16% YoY menjadi US$9.059 per ton. Peningkatan margin ini didorong oleh optimalisasi pasokan bijih internal serta disiplin biaya di seluruh rantai operasi, sehingga perusahaan tetap menjaga profitabilitas.

Kinerja Keuangan dan Dampak pada Saham

MBMA membukukan pendapatan belum diaudit sebesar US$935 juta per kuartal III/2025, turun 32% YoY. Penurunan ini disebabkan kontribusi menurun dari segmen NPI dan HGNM, yang sebagian tertutupi oleh kenaikan pendapatan limonit dan segmen lainnya.

Seiring dengan pencapaian operasional tersebut, harga saham MBMA mencatatkan reli positif. Saham menguat 4,38% ke level Rp715 per saham hingga pukul 10.35 WIB pada hari pelaporan, setelah sehari sebelumnya menutup sesi dengan kenaikan 6,20%. Bila ditarik lebih jauh, saham MBMA telah melonjak 122,05% selama enam bulan terakhir dan tumbuh 56,11% sejak awal tahun, mencerminkan optimisme pasar terhadap prospek perusahaan.

Posisi Strategis MBMA di Pasar Global

Keberhasilan MBMA dalam meningkatkan produksi dan margin operasional menegaskan posisi perusahaan sebagai pemain kunci di sektor nikel untuk baterai kendaraan listrik. Proyek hilirisasi, ekspansi kapasitas, dan pengelolaan efisiensi biaya yang disiplin menjadi faktor utama yang memungkinkan MBMA mempertahankan kinerja operasional yang solid, meskipun harga komoditas mengalami fluktuasi.

Albert Saputro, Presiden Direktur MDKA selaku induk, menekankan pentingnya koordinasi strategis antara anak usaha seperti MBMA dan lini bisnis pertambangan lainnya. Sinergi ini diharapkan meningkatkan daya saing perusahaan di pasar global serta mendukung transisi energi berbasis mineral di Indonesia.

Dengan pencapaian ini, MBMA tidak hanya menunjukkan ketahanan operasional di tengah tantangan pasar, tetapi juga membuktikan kemampuannya menjaga profitabilitas dan memperkuat posisi strategis di rantai nilai nikel global. Reli saham yang signifikan menjadi cerminan optimisme investor terhadap prospek jangka panjang perusahaan.

Terkini