BANYUWANGI - Kabupaten Banyuwangi menjadi sorotan selama libur Natal 2024 berkat aktivitas padat di Pelabuhan Ketapang yang menghubungkan Pulau Jawa dan Bali. PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) melaporkan jumlah penyeberangan antara Ketapang dan Gilimanuk, Bali mencapai 1.908 trip. Angka ini menunjukkan peningkatan signifikan dalam mobilitas masyarakat selama musim liburan, menjadikan jalur ini sebagai yang tersibuk di Indonesia.
Dalam periode antara 18 hingga 25 Desember 2024, frekuensi penyeberangan di jalur ini mencapai rata-rata 239 trip per hari. Kepadatan ini menjadikan Ketapang-Gilimanuk sebagai lintasan penyeberangan tersibuk secara nasional, menyusul jalur-jalur utama lainnya seperti Merak-Bakauheni. Peningkatan ini tidak terlepas dari lonjakan jumlah penumpang, kendaraan pribadi, serta kendaraan logistik yang menuju ke Bali.
Faktor Penyebab Lonjakan Aktivitas di Pelabuhan Ketapang
Beberapa faktor utama menjadi penyebab lonjakan aktivitas penyeberangan selama libur Natal kali ini:
1. Arus Mudik dan Wisatawan
Libur Natal adalah salah satu waktu yang dimanfaatkan banyak orang untuk melakukan perjalanan ke Bali, baik untuk mudik maupun berwisata. Tingginya minat ini mengakibatkan antrean kendaraan, khususnya roda empat dan roda dua pribadi. Wisatawan menjadikan Bali sebagai destinasi utama karena kekayaan budayanya yang memikat.
2. Peningkatan Kendaraan Logistik
Tak hanya wisatawan, truk logistik yang mengangkut kebutuhan pokok menuju Bali juga turut menambah kepadatan. Dermaga yang dikhususkan untuk angkutan barang pun mengalami peningkatan volume kendaraan.
3. Kondisi Cuaca
Cuaca juga memberi pengaruh signifikan. Angin kencang dan ombak tinggi di Selat Bali memperlambat waktu bersandar kapal, menambah panjang antrean kendaraan di pelabuhan.
4. Keterbatasan Kapasitas Dermaga
Meski ada upaya penambahan dermaga seperti Dermaga Bulusan, lonjakan kendaraan selama musim libur ini tetap menyebabkan dermaga utama mengalami keterbatasan kapasitas.
Dampak Kemacetan selama Libur Natal
Lonjakan aktivitas di Pelabuhan Ketapang membawa dampak signifikan dalam beberapa aspek:
1. Ekonomi
Meski memberi dorongan pada aktivitas perdagangan antara Jawa dan Bali, kemacetan yang terjadi menyebabkan keterlambatan pasokan barang ke Bali. Hal ini berpotensi memengaruhi harga barang di pasar.
2. Kualitas Layanan
Panjangnya antrean mengurangi kepuasan pelanggan, yang berpengaruh pada reputasi layanan pelabuhan secara keseluruhan.
3. Lingkungan
Meningkatnya jumlah kendaraan yang mengantre berdampak pada peningkatan emisi gas buang, yang berkontribusi pada pencemaran udara.
4. Sosial
Pengguna jasa mengeluhkan waktu tunggu yang lama, yang mengganggu kenyamanan perjalanan dan jadwal mereka.
Upaya ASDP Mengatasi Kemacetan
Untuk mengurangi dampak kemacetan, ASDP bersama pihak kepolisian telah mengambil beberapa langkah strategis:
1. Penambahan Armada Kapal
Lebih banyak kapal feri dioperasikan untuk mempercepat proses penyeberangan, mencoba mengurai antrean kendaraan yang mengular.
2. Pengoperasian Dermaga Bulusan
Dermaga tambahan ini difungsikan untuk melayani truk logistik, mengurangi beban di dermaga utama.
3. Sistem Buffer Zone
Sebelum memasuki pelabuhan, kendaraan diarahkan ke buffer zone sehingga antrean di jalan utama dapat berkurang.
4. Peningkatan Pengawasan
Pihak kepolisian ditempatkan di titik-titik strategis untuk mengatur lalu lintas, terutama di jalur Jember-Banyuwangi yang mengalami peningkatan volume kendaraan hingga 40%.
Dengan total 1.908 trip selama libur Natal, Pelabuhan Ketapang menunjukkan pentingnya peran sebagai penghubung utama antara Jawa dan Bali. Meskipun dihadapkan pada tantangan cuaca dan lonjakan volume penumpang, upaya ASDP dalam meningkatkan kapasitas layanan patut diapresiasi. Ke depannya, optimalisasi infrastruktur dan teknologi di Pelabuhan Ketapang diharapkan terus dilakukan agar pelayanan semakin maksimal.