Jakarta – PT Angkasa Pura I dan II resmi dilebur menjadi satu entitas bernama PT Angkasa Pura Indonesia, juga dikenal sebagai InJourney Aviation. Dengan penggabungan ini, pengelolaan 37 bandara di Indonesia kini berada di bawah satu naungan, yang merupakan bagian dari grup usaha InJourney.
Menteri BUMN Erick Thohir menyatakan bahwa langkah merger ini mencontoh kesuksesan Pelindo dalam melebur empat perusahaan menjadi satu entitas besar. Erick menegaskan bahwa peleburan ini bukan untuk merampingkan organisasi, melainkan memperkuat kapasitas pengelolaan bandara di Indonesia.
“Tidak ada isu layoff. Justru, peleburan ini membuka peluang pengembangan. Pengelolaan 37 bandara akan menjadi satu sistem layanan terpadu,” jelas Erick dalam konferensi pers di Jakarta.
Ia juga menyebut bahwa transformasi ini akan menjadikan bandara lebih dari sekadar tempat transit perjalanan. “Bandara di negara maju seperti Singapura telah menjadi pusat kehidupan manusia. Kita juga akan menuju ke arah itu, menjadikan bandara tempat beragam aktivitas, bukan hanya traveling,” tambahnya.
Peningkatan Karier dan Penyederhanaan Regulasi
Direktur Utama PT Angkasa Pura Indonesia, Faiq Faqih, menegaskan bahwa merger ini tidak akan mengurangi jumlah karyawan atau menurunkan kesejahteraan mereka. “Yang terjadi adalah pergeseran lokasi kerja, namun peluang jenjang karier akan semakin luas,” ujarnya.
Faiq juga mengungkapkan bahwa peleburan ini membawa dampak pada penyederhanaan tata kelola perusahaan. Sebelumnya terdapat 1.400 dokumen regulasi yang mengatur pengelolaan bandara, kini telah disederhanakan menjadi hanya 96 dokumen. “Ini meliputi komersial, operasional, hingga keuangan, sehingga prosedur lebih efisien dan terpadu,” jelasnya.
Tiga Target Utama Angkasa Pura Indonesia
Dalam kesempatan tersebut, Faiq menyampaikan tiga target utama dari peleburan ini:
- Agent of Development: Bandara akan menjadi pendorong konektivitas udara yang mendukung pertumbuhan ekonomi, pemerataan pembangunan, dan pariwisata.
- Wajah Bangsa: Transformasi pelayanan bandara bertujuan menciptakan kebanggaan akan Indonesia. “Impresi pertama wisatawan mancanegara adalah bandara, sehingga ini menjadi peer besar kita,” ungkapnya.
- Penciptaan Nilai Tambah: Dengan merger ini, valuasi Angkasa Pura Indonesia melonjak, menjadikannya pengelola bandara terbesar kelima di dunia.
Dorong Pendapatan Non-Aero
Faiq menyoroti strategi mengubah proporsi pendapatan non-aero menjadi lebih dominan, dari sebelumnya 40% menjadi 60%. Hal ini dilakukan dengan memaksimalkan potensi area komersial, menata tenant, dan mengadopsi praktik terbaik internasional.
“Target pendapatan tahun 2024 adalah Rp20,3 triliun, dan kami optimis dapat mencapai Rp30 triliun dalam lima tahun mendatang,” katanya.
Solusi untuk Industri Aviasi Indonesia
Merger ini juga memperkenalkan pengintegrasian tiga sistem teknologi: airport technology, terminal technology, dan enterprise technology. Sistem ini akan mengandalkan big data untuk mendukung pengambilan keputusan strategis.
“Merger ini tidak hanya menyelesaikan persoalan internal AP I dan AP II, tetapi juga menjawab tantangan industri aviasi nasional,” ujar Faiq.
Dengan enam bandara utama sebagai hub wilayah, transformasi ini diharapkan membawa bandara Indonesia ke dalam standar terbaik di industri global. “Ini adalah langkah awal dari perjalanan panjang transformasi bandara Indonesia,” tutupnya.