Pengertian Ragam Hias Geometris, Fungsi, dan Penerapannya

Bru
Selasa, 12 Agustus 2025 | 09:17:52 WIB
pengertian ragam hias geometris

Pengertian ragam hias geometris adalah motif seni berbentuk pola berulang yang sering dijumpai dalam budaya tradisional Indonesia.

Biasanya, materi ini mulai diperkenalkan saat duduk di bangku sekolah menengah pertama maupun atas, khususnya dalam pelajaran seni budaya. Salah satu contoh penerapannya adalah ketika siswa diberi tugas untuk menggambar pola batik. 

Beberapa di antaranya mungkin memilih motif seperti mega mendung atau kawung, yang termasuk dalam kategori motif dekoratif tradisional dan menjadi bagian dari ragam hias.

Berbicara mengenai motif dekoratif, wilayah Nusantara memiliki beragam jenis yang sering digunakan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari pakaian batik, arsitektur rumah adat, hingga senjata tradisional. 

Dari sekian banyak motif tersebut, terdapat satu jenis yang menarik dan dikenal sebagai bentuk tertua dalam sejarah, yakni motif geometris. 

Motif ini bahkan sudah ada sejak masa prasejarah dan memiliki ciri khas berupa bentuk-bentuk yang bersifat abstrak dan repetitif. 

Tanpa disadari, banyak orang sering menggambarnya secara spontan karena bentuknya yang sederhana namun menarik.

Lalu, apa saja ragam bentuk dari motif geometris ini? Bagaimana pula penerapannya dalam berbagai peninggalan budaya Indonesia? 

Untuk memahami lebih jauh tentang mengetahui secara menyeluruh pengertian ragam hias geometris, mari pelajari penjelasan lengkapnya.

Pengertian Ragam Hias Geometris

Pengertian ragam hias geometris mengacu pada salah satu bentuk motif hias yang sudah sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia, khususnya dalam bidang seni. 

Motif ini termasuk yang paling awal dikenal dalam sejarah, bahkan telah ada sejak masa prasejarah, sekitar tahun 2000 SM di zaman Yunani.

Motif geometris merupakan jenis ornamen yang terbentuk dari pengaturan berbagai garis, bentuk, serta bidang yang bersifat geometrik. 

Bidang-bidang ini mencakup berbagai macam unsur, seperti garis lurus, garis melengkung, garis zigzag, bentuk segitiga, persegi, lingkaran, hingga prisma. 

Beberapa contoh bentuk garis yang umum digunakan antara lain garis lurus, melengkung, dan zigzag, sedangkan bentuk bangunan meliputi segitiga, lingkaran, persegi, serta bentuk bangun datar lainnya.

Motif ini juga kerap disebut sebagai pola ilmu ukur karena dalam proses pembuatannya, seniman sering memanfaatkan alat bantu seperti penggaris guna menciptakan bentuk yang presisi dan teratur. 

Ragam hias jenis ini menggunakan berbagai pola seperti garis lurus, lengkung, bentuk segitiga, lingkaran, meander, tumpal, swastika, patra Mesir “L/T”, hingga pilin berganda.

Dengan berkembangnya waktu dan kreativitas dalam dunia seni rupa, motif-motif dalam kategori ini juga mengalami perkembangan. 

Saat ini, motif geometris dapat diklasifikasikan ke dalam enam kelompok utama, yaitu motif swastika, kawung, pilin berganda, tumpal, serta pilin.

Faktor Pengaruh pada Motif Ragam Hias

Keanekaragaman pola hias yang ditemukan di berbagai daerah memiliki nilai penting sebagai penanda budaya lokal yang khas. 

Hal ini sangat membantu dalam penelitian yang dilakukan oleh para arkeolog dan ahli sejarah untuk menelusuri perkembangan peradaban. Ragam motif yang ditemukan di wilayah kepulauan Indonesia dipengaruhi oleh berbagai unsur, antara lain:

  • Kondisi geografis
  • Jenis tumbuhan yang tumbuh di suatu daerah
  • Keberadaan hewan setempat
  • Penduduk yang hidup dalam lingkungan sosial tertentu

Sebagian besar motif hias yang berkembang di Indonesia memanfaatkan bentuk-bentuk flora dan fauna yang tidak umum ditemukan, karena sering kali terinspirasi dari budaya luar. 

Misalnya, terdapat motif burung phoenix, naga, awan, dan karang yang berasal dari seni tradisional Tiongkok. Motif ini umumnya digunakan dalam karya seni rupa yang berkembang di bagian utara Jawa. 

Selain itu, ada pula simbol bunga teratai yang mengandung makna kelahiran, yang berasal dari tradisi seni Hindu India dan sering dijumpai pada patung serta relief di candi-candi Indonesia.

Fungsi Ragam Hias Geometris apabila Diterapkan pada Benda Pakai

  • Digunakan untuk memperindah bagian pinggir suatu benda yang akan digunakan manusia, umumnya berbentuk garis zig-zag, silang, dan sebagainya.
  • Dimanfaatkan sebagai pengisi bidang pada permukaan benda pakai tersebut.
  • Berfungsi sebagai elemen utama atau bagian mandiri dari suatu bentuk benda yang memiliki nilai guna.

Fungsi Ragam Hias bagi Masyarakat

Keberadaan motif hias dalam berbagai bentuknya memiliki peran dalam memperindah dan memperkaya tampilan visual di kehidupan masyarakat. Namun, ternyata kegunaannya tidak semata-mata terbatas pada nilai keindahan semata. 

Ada sejumlah peran penting dari motif hias yang berdampak dalam kehidupan sosial, di antaranya:

  • Digunakan untuk memperindah beragam objek, baik yang berkaitan dengan karya seni terapan maupun seni rupa murni.
  • Berfungsi mempercantik tampilan visual, memberikan nilai keindahan.
  • Menunjukkan kedudukan sosial seseorang yang hidup di tengah lingkungan masyarakat yang memiliki latar budaya yang beragam.

Teknik Dasar Menggambar Ragam Hias

Pada prinsipnya, saat ingin menggambar motif ragam hias, termasuk jenis geometris, terdapat beberapa teknik yang perlu diikuti, yaitu:

  • Amati secara menyeluruh pola bentuk ragam hias yang ingin digambar.
  • Siapkan perlengkapan menggambar serta media yang akan digunakan.
  • Tentukan dimensi pola bentuk yang akan dituangkan dalam gambar.
  • Awali dengan membuat sketsa bentuk ragam hias terlebih dahulu.
  • Setelah sketsa selesai, lanjutkan ke tahap akhir dengan menegaskan garis dan menambahkan warna pada pola bentuk ragam hias tersebut.

Klasifikasi Ragam Hias Geometris

1. Tumpal

Motif ini umumnya digunakan dalam karya batik maupun kain tenun. Rancangannya beragam, mulai dari sulur tumbuhan yang menyimbolkan kesuburan, hingga representasi gunung yang menggambarkan kekuatan dan keteguhan dalam menghadapi bahaya. 

Salah satu contohnya adalah Batik Pesisir asal Indramayu yang tampil naturalis, mencerminkan pengaruh budaya asing melalui warna yang beragam.

2. Pilin Berganda

Motif ini tersebar luas di seluruh wilayah kepulauan Indonesia, terutama di bagian timur. Bentuknya menyerupai huruf "S" atau versi terbaliknya. 

Diketahui motif ini telah dikenal sejak zaman perunggu, yang juga berkaitan dengan budaya perunggu Eropa.

Pola ini banyak ditemukan pada benda-benda seperti kapak perunggu, ukiran kayu, gantungan alat, maupun perlengkapan rumah tangga lainnya. 

Namun tak terbatas pada perabot, motif ini juga diterapkan dalam batik, misalnya pada motif Parang Rusak yang berkembang di wilayah Jawa Tengah.

3. Meander

Pola geometris ini dipercaya telah ada sejak zaman perunggu dan menyebar ke berbagai kawasan seperti Asia Tenggara, termasuk Indonesia, serta ke Asia Timur, Eropa, dan Yunani. 

Desainnya berupa rangkaian huruf “T” yang berdiri tegak dan terbalik secara bergantian.

Motif ini mirip dengan gaya dalam seni Tionghoa yang menggambarkan bentuk aliran awan, sehingga sering pula disebut sebagai Pinggir Awan. 

Selain bentuk tersebut, motif ini juga bisa berbentuk lingkaran dan biasanya diukir pada bagian kapal, terutama di wilayah Papua Utara.

4. Swastika

Motif berbentuk geometris ini sudah dikenal sejak masa perunggu di kawasan Eropa Barat dan dikenal dengan nama Swastika. Dalam kebudayaan Tiongkok, motif ini disebut sebagai Banji. 

Bentuk Swastika melambangkan rotasi benda-benda langit di angkasa, terutama matahari, dan dipercaya membawa keberuntungan bagi kehidupan manusia di bumi. 

Di Indonesia, motif ini umumnya dibuat menggunakan pola garis-garis lurus yang disusun membentuk simbol tersebut.

5. Kawung

Motif kawung sering menjadi pilihan siswa saat mendapatkan tugas menggambar dalam pelajaran seni budaya di sekolah. 

Motif ini terdiri dari susunan lingkaran yang tertata sedemikian rupa sehingga sebagian saling menutupi. 

Istilah “kawung” sendiri berasal dari bahasa Jawa dan Sunda, yang merujuk pada pohon aren. Jika pohon ini dipotong secara melintang, maka akan terlihat empat biji di bagian dalamnya.

Motif kawung telah dikenal sejak era Hindu di tanah Jawa. Salah satu contohnya bisa ditemukan pada kain yang dikenakan oleh Kertajaya, raja pertama Kerajaan Majapahit.

Penerapan Ragam Hias Geometris pada Rumah Adat Nusantara

Sebuah studi yang dimuat dalam jurnal berjudul "Analisis Ragam Hias Rumah Adat Saoraja di Desa Binanga Karaeng Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang" karya Al Mukarramah menjelaskan bahwa motif-motif ornamen, khususnya yang berbentuk geometris, kerap diterapkan pada rumah adat Saoraja.

Rumah tradisional Bugis memiliki kemiripan dengan rumah adat dari Sumatera maupun Kalimantan karena sama-sama mengusung konsep rumah panggung. 

Namun, bentuk rumah Bugis umumnya lebih memanjang ke bagian belakang dan sering kali dilengkapi dengan struktur tambahan di bagian depan serta samping. Tambahan struktur ini dikenal dengan sebutan lego-lego.

Dalam praktiknya, rumah adat Bugis dibedakan menurut status sosial penghuninya. 

Terdapat dua jenis utama, yaitu Saoraja yang berarti rumah besar dan berfungsi sebagai tempat tinggal para bangsawan atau keturunan raja, serta Bola yang merupakan rumah bagi masyarakat biasa. 

Walaupun keduanya mirip dari segi struktur dasar, perbedaannya terletak pada ukuran dan penggunaan ornamen dekoratif yang lebih beragam dan rumit pada Saoraja.

Motif berbentuk geometris lazim ditemukan pada Saoraja, mempertegas perannya sebagai penanda strata sosial. Beberapa pola tersebut terletak pada bagian jendela, seperti bentuk segitiga (cobo’-cobo’), belah ketupat (cidu), dan bentuk hati. 

Selain itu, ornamen juga terlihat pada pegangan tangga, yang menggunakan bentuk lingkaran hasil bubutan. Fungsi ornamen ini tidak hanya sebagai elemen visual, tetapi juga memperkuat struktur pegangan agar tampak lebih kokoh.

Tangga pada rumah Bugis umumnya memiliki 13 anak tangga, dan jumlah anak tangga akan bertambah jika bangunan lebih tinggi. Meskipun begitu, angka yang digunakan harus selalu ganjil karena dianggap melambangkan konsep ketuhanan. 

Penempatan anak tangga pun dilakukan dengan penuh kehati-hatian. Setiap bentuk geometris yang digunakan dalam dekorasi rumah Bugis membawa makna simbolik tersendiri. Misalnya:

  • Bentuk belah ketupat (cidu) mencerminkan filosofi kesempurnaan menurut pandangan masyarakat Bugis.
  • Bentuk segitiga (cobo’-cobo’) melambangkan kesuburan.
  • Bentuk segi delapan dianggap sebagai perlambang manusia yang paripurna.
  • Bentuk hati menggambarkan rasa kasih sayang.
  • Sedangkan bulatan pada pegangan tangga menjadi simbol kekuatan.

Mengenal Jenis-jenis Ragam Hias di Nusantara

Motif Hias Padjajaran

Jenis ornamen ini memiliki ciri khas berupa bentuk ukel yang menyerupai daun pakis, serta elemen lainnya yang dominan dengan lekukan membulat. Bentuk ukel ini hampir mirip dengan tanda baca koma. 

Motif ini sering ditemukan pada seni ukir berbahan kayu, khususnya pada area makam tokoh Sunan Gunung Jati. Beberapa bagian penting dari motif ini mencakup elemen seperti angkup, culo, benangan, simbar, dan lain sebagainya.

Motif Hias Majapahit

Corak khas yang terdapat pada motif ini berupa bentuk lingkaran dan pola berlubang (krawingan), yang umumnya terdiri atas bagian ujung dari daun pakis serta unsur daun waru. 

Jika dilihat secara keseluruhan, pola ini menyerupai bentuk tanda tanya. Ornamen khas ini berhasil ditemukan kembali oleh seorang tokoh bernama Ir. H. Maclaine Pont yang kala itu menjabat di Museum Trowulan. 

Bentuk hias ini bisa dijumpai pada tiang pendopo Masjid Demak yang diyakini sebagai warisan dari Kerajaan Majapahit oleh Raden Patah.

Motif Hias Bali

Motif dekoratif dari wilayah ini memiliki kemiripan dengan motif Padjajaran, namun perbedaan terletak pada ujung ukel yang dihiasi dengan sehelai parta. 

Masyarakat Bali sendiri mengenal motif ini dengan sebutan Patre Punggel, dan biasa digunakan sebagai ornamen di tempat ibadah seperti pura, khususnya di bagian pintu masuk.

Motif Hias Yogyakarta

Motif ini memiliki ciri khas berupa rangkaian sulur bunga yang memiliki bentuk seperti lilitan tali yang bergelombang. Sulur tersebut merupakan representasi dari akar gantung yang melingkar. 

Pada beberapa titik, terdapat ruas-ruas berisi tangkai-tangkai daun. Di ujung setiap tangkai biasanya muncul unsur buah atau bunga. 

Ornamen ini sering diterapkan sebagai dekorasi pada kerajinan logam seperti aluminium, perak, maupun emas. Contoh benda yang dihiasi dengan motif ini antara lain sendok, bejana, keris, asbak, dan gong.

Motif Hias Madura

Corak ini memiliki bentuk khas berupa daun dengan garis-garis yang tampak lebih tegas dan kaku. Motif ini merupakan hasil karya para seniman asal Madura dan tidak meniru gaya dari daerah lain. 

Motif tersebut dapat ditemui di Museum Nasional (dikenal juga sebagai Museum Gajah) yang berlokasi di Jakarta.

Motif Hias Khas Cirebon

Wilayah Cirebon dikenal memiliki seni ukir berbahan kayu yang khas, dengan ciri gaya dekoratif yang membedakannya dari daerah lain. 

Terdapat tiga bentuk utama dalam corak hias ini, yakni pola awan, batu karang yang menyerupai bukit, dan elemen tumbuhan. 

Corak ini sebenarnya merupakan hasil pengembangan dari motif yang berasal dari tradisi Padjajaran.

Motif Hias Khas Pekalongan

Pada jenis ornamen dari daerah ini, terdapat unsur flora khusus, yaitu bunga dan buah bakung sebagai elemen dominan. 

Meski memiliki karakteristik yang unik, seni ukir dengan corak ini tidak terlalu dikenal luas karena kurangnya upaya pelestarian serta tidak dijadikan komoditas dagang oleh masyarakat setempat. 

Oleh karena itu, penggunaannya terbatas hanya pada barang kebutuhan rumah tangga. Sebaliknya, daerah ini lebih terkenal berkat produk kain motif khasnya.

Motif Hias Khas Surakarta

Gaya dekoratif dari wilayah ini ditandai dengan bentuk pakis yang meliuk ke berbagai arah membentuk cembungan dan cekungan, disertai pula dengan tambahan elemen berupa buah serta bunga. 

Keseluruhan desain ini mencerminkan pengaruh dari kondisi alam di sekitar wilayah tersebut.

Motif Hias Khas Mataram

Corak ini umumnya mengambil inspirasi dari seni ukir karakter pewayangan yang berasal dari masa Kerajaan Demak. 

Berdasarkan catatan sejarah, saat Kerajaan Demak mengalami kemunduran, unsur budaya pewayangan dibawa ke wilayah Kerajaan Mataram. 

Oleh sebab itu, bentuk ornamen hias ini memiliki kemiripan dengan pola pada pakaian tokoh pewayangan, terutama pada bagian yang disebut cawenan.

Motif Hias Khas Jepara

Jenis dekoratif dari daerah ini telah mengalami perkembangan pesat, terutama dalam penggunaannya pada benda dekoratif rumah tangga yang bahkan telah diekspor ke luar negeri. 

Pola dasarnya berbentuk prisma segitiga yang melingkar dan bercabang menjadi beberapa helaian menyerupai daun. Bukti awal keberadaan corak ini ditemukan di kawasan pemakaman Mantingan yang terletak di Jepara.

Sebagai penutup, dengan memahami pengertian ragam hias geometris, kita dapat lebih menghargai kekayaan seni tradisional yang penuh makna dan nilai estetika tinggi.

Terkini