JAKARTA - Kecelakaan tragis yang terjadi di Gerbang Tol Ciawi 2, tepatnya di Kelurahan Katulampa, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor, pada Selasa malam sekitar pukul 23.30 WIB, telah merenggut nyawa delapan orang, termasuk seorang sopir travel bernama Budiman. Kecelakaan ini menambah deretan insiden kecelakaan lalu lintas di Indonesia dan menumbuhkan keresahan terhadap keselamatan jalan raya.
Sosok Budiman sebagai Tulang Punggung Keluarga
Budiman, seorang sopir travel yang dikenal sebagai tulang punggung keluarganya, adalah salah satu korban tewas dalam kecelakaan maut ini. Budiman, sehari-hari mengantar penumpang ke luar kota dengan menggunakan mobil Avanza. Menurut informasi keluarga dari Sukabumi, di dalam mobil tersebut diduga terdapat tujuh penumpang, sebagian besar adalah tetangga Budiman.
Marsah (53), kakak kandung Budiman, menyatakan rasa duka cita mendalam atas kejadian ini. "Udah lama dia jadi sopir travel dan baru kali ini mengalami kejadian ini," ujar Marsah dengan nada sedih ketika dihubungi melalui telepon.
Pihak keluarga menghadapi momen yang penuh kecemasan saat menanti proses identifikasi jenazah yang dilakukan oleh pihak rumah sakit dan kepolisian. "Lebih ke pengen mengetahui, ini kan baru 90 persen ya, belum melihat wajahnya, berharap itu sih memastikan lebih lanjut. Kalau bisa boleh melihat ya kita lihat untuk yang terakhir kali," tambah Marsah yang masih berusaha mengumpulkan keberanian untuk menghadapi kenyataan pahit ini.
Kronologi Kecelakaan Maut
Kasat Lantas Polres Bogor Kota, Kompol Yudiono, menjelaskan bahwa kecelakaan tersebut disebabkan oleh sebuah truk boks yang kehilangan kendali akibat rem blong. "Truk tronton muatan galon yang berjalan dari arah Ciawi menuju Jakarta, pada saat di GT Tol Ciawi 2, diduga kendaraan gagal fungsi rem sehingga menabrak kendaraan di depannya," paparnya.
Benturan keras mengakibatkan sejumlah kendaraan mengalami kerusakan parah dan tiga di antaranya terbakar. Selain menewaskan delapan orang, insiden ini juga menyebabkan 11 orang terluka. "Delapan orang meninggal dunia dan kemudian 11 orang luka-luka. Totalnya 19 orang (korban). Seluruh korban dibawa ke Rumah Sakit Umum Ciawi," lanjut Yudiono.
Proses evakuasi dan penanganan korban berlangsung cepat, dengan para korban segera dibawa ke RSUD Ciawi untuk mendapatkan perawatan. Namun, hingga berita ini diturunkan, beberapa keluarga korban masih belum datang untuk menjemput jenazah, masih berada di kamar jenazah RSUD Ciawi.
Identifikasi dan Penanganan Korban
Kabid Dokkes Polda Jabar, Kombes Pol dr. Nariyana, mengungkapkan bahwa dari delapan korban tewas, sebagian mengalami luka bakar yang cukup parah. "Luka bakar ada dua, kemudian kondisi yang lain ya luka robek dan sebagainya, patah ada, tapi syukur sidik jarinya masih bisa kita identifikasi jadi rekan inafis sangat membantu," ujarnya.
Pihak kepolisian dan tim medis terus bekerja keras untuk mengidentifikasi korban yang belum teridentifikasi. Kombes Pol dr. Nariyana juga mengimbau masyarakat yang merasa kehilangan anggota keluarganya agar datang ke RSUD Ciawi dengan membawa identitas dan benda-benda yang dapat membantu proses identifikasi.
"Petunjuk tersebut sangat membantu proses identifikasi jenazah," tandasnya.
Marsah, mewakili keluarga Budiman yang saat ini berada di Sukabumi, berusaha memenuhi segala prosedur yang diperlukan untuk mengurus jenazah adiknya. "Ini masih nunggu di sini sampai selesai karena kita mau bawa ke kampung di Sukabumi, dimakamkan di sana," jelas Marsah.
Sementara itu, pasca-kecelakaan, gerbang tol Ciawi telah dibuka kembali setelah sempat ditutup total untuk proses evakuasi. Meskipun lalu lintas telah kembali normal, ada dua gerbang tol yang masih ditutup karena mengalami kerusakan berat dari dampak kecelakaan.
Menyikapi Kecelakaan yang Meningkat
Kecelakaan maut di Tol Ciawi ini menjadi pengingat akan pentingnya memperhatikan masalah keselamatan di jalan raya, khususnya perawatan dan pengecekan rutin kendaraan besar seperti truk. Sistem rem yang baik dan terawat adalah elemen penting untuk menjamin kelancaran serta keamanan lalu lintas di jalan tol.
Kesimpulannya, peristiwa ini telah meninggalkan luka mendalam bagi keluarga korban, menambah angka statistik kecelakaan fatal di Indonesia, serta mengingatkan kita semua akan pentingnya keselamatan berkendara. Harapan terbesar dari keluarga korban, termasuk keluarga Budiman, adalah agar tidak ada lagi kejadian serupa yang kembali terulang di masa depan, menuntut perhatian serius dari semua pihak, termasuk pengemudi, pemilik kendaraan, hingga pemerintah dalam meningkatkan standar keselamatan lalu lintas.