Value investing adalah pendekatan yang melibatkan pembelian saham yang dianggap undervalue atau memiliki nilai lebih rendah dari harga pasar sebenarnya.
Pendekatan ini telah lama menjadi strategi populer di Indonesia, berkat kesuksesan yang diraih oleh para investor ternama, seperti Warren Buffett, yang berhasil mengumpulkan kekayaannya melalui metode ini.
Menerapkan strategi membeli saham undervalue dalam analisis saham memberikan perspektif tambahan yang berguna, terutama di tengah tren investasi saham yang terus berkembang.
Saat ini, investasi saham semakin diminati oleh banyak orang karena potensi keuntungan yang menjanjikan, dengan return yang dapat mencapai 20 persen per tahun.
Namun, keuntungan tersebut hanya dapat tercapai jika investor memahami dengan baik analisis fundamental dan teknikal dalam memilih saham yang tepat.
Selain itu, penting bagi mereka untuk mengetahui cara mengklasifikasikan saham berdasarkan kapitalisasi pasar guna menentukan keputusan investasi yang lebih bijak.
Di samping itu, investor juga perlu mengenali gaya investasi yang mereka pilih. Setiap investor memiliki pendekatan berbeda dalam berinvestasi, dan hal ini menjadi faktor pembeda dalam menentukan strategi yang paling sesuai dengan tujuan keuangan mereka.
Pada dasarnya, value investing adalah salah satu pendekatan yang terbukti efektif, dan bagi banyak orang, ini adalah cara untuk meraih keuntungan jangka panjang melalui pemilihan saham yang cerdas.
Value Investing adalah
Value investing adalah konsep yang pertama kali diperkenalkan oleh investor legendaris Benjamin Graham pada abad ke-20.
Saat itu, Graham mengajukan ide berinvestasi dengan membeli saham perusahaan yang sedang dijual dengan harga terdiskon, dengan harapan harga saham tersebut akan meningkat seiring waktu dan memberikan keuntungan besar ketika dijual.
Strategi value investing telah terbukti efektif dan dihargai oleh banyak investor profesional di seluruh dunia.
Inti dari pendekatan ini adalah mencari saham yang diperdagangkan di bawah nilai intrinsiknya, yang berarti saham tersebut memiliki potensi kenaikan harga di masa depan.
Di Indonesia, pemahaman yang mendalam tentang prinsip value investing dapat memberi keunggulan kompetitif bagi para investor saham. Namun, meskipun terdengar sederhana, menjalankan value investing bukanlah hal yang bisa dilakukan sembarangan.
Penting untuk melakukan analisis menyeluruh terhadap berbagai faktor yang tercermin dalam laporan keuangan perusahaan, seperti aset, arus kas, laba rugi, nilai intrinsik, dan margin of safety, untuk memastikan bahwa investasi yang dilakukan memang memiliki prospek yang baik.
Alasan Memilih Value Investing
Strategi ini telah terbukti efektif dan teruji di pasar modal selama beberapa dekade. Di Indonesia, banyak investor, baik individu maupun melalui layanan berbayar, yang telah mengimplementasikan pendekatan ini.
Mereka sering kali menjanjikan pengembalian yang tinggi, bahkan keuntungan yang dapat mencapai puluhan hingga ratusan persen dalam kurun waktu beberapa bulan saja.
Keunggulan Membeli Saham Undervalue
Berikut ini adalah beberapa keunggulan yang didapatkan saat membeli saham undervalue yang perlu diketahui.
1. Tidak hanya untuk Mereka yang Memiliki Modal Besar
Sebagai informasi, teknik investasi ini dapat diterapkan oleh siapa saja, tidak terbatas pada mereka yang memiliki modal besar. Meskipun dengan modal terbatas, Anda tetap bisa memanfaatkan strategi ini.
Namun, penting untuk diingat bahwa Anda perlu memiliki kemampuan untuk memahami dan mempelajari kondisi fundamental dari perusahaan yang Anda pilih untuk berinvestasi.
2. Maksimalkan Kekuatan Penggabungan Bunga (Compounding)
Compounding mengacu pada kemampuan investasi untuk menghasilkan bunga yang terus berkembang atau bunga yang menghasilkan bunga.
Anda perlu menyadari bahwa seiring waktu, investasi Anda akan tumbuh secara eksponensial karena kenaikan harga saham dan pembagian dividen yang diterima.
3. Metode Investasi yang Terbukti Efektif
Strategi ini telah digunakan oleh Warren Buffet selama beberapa dekade, yang berkontribusi pada keberhasilannya sebagai salah satu orang terkaya di dunia.
Keberhasilan tersebut menjadi bukti bahwa metode ini efektif dan dapat memberikan hasil yang signifikan.
4. Risiko yang Lebih Terukur
Dengan menggunakan metode ini, Anda akan menghadapi risiko yang lebih rendah sekaligus memaksimalkan nilai investasi yang diperoleh.
Implementasi strategi ini umumnya lebih cocok untuk jangka panjang, sehingga Anda dapat menghindari dampak fluktuasi pasar yang sering terjadi dalam jangka pendek.
Keterbatasan Membeli Saham Undervalue
Meski punya banyak keunggulan, juga ada beberapa keterbatasan saat membeli saham undervalue yang juga harus dipertimbangkan.
1. Kesulitan dalam Mengukur Nilai Intrinsik
Secara dasar, nilai intrinsik merujuk pada nilai sebenarnya yang terkandung dalam suatu saham yang Anda beli, yang sering disebut sebagai nilai wajar.
Penentuan nilai ini bisa sangat sulit dilakukan, terutama dengan adanya berbagai metode yang berbeda untuk mengukurnya. Cara mengukurnya pun sangat bergantung pada informasi yang tersedia untuk investor.
Anda mungkin menggunakan data A, B, dan C, sementara investor lain bisa saja memakai data X, Y, dan Z.
2. Keterbatasan dalam Valuasi Historis
Salah satu alat yang digunakan dalam strategi ini adalah laporan keuangan, yang disusun berdasarkan kinerja masa lalu perusahaan.
Namun, penting untuk diketahui bahwa kinerja masa lalu tidak dapat dijadikan jaminan untuk kinerja di masa depan.
Beberapa hal mungkin hanya bisa diukur berdasarkan estimasi yang dibuat oleh manajemen, yang tentunya mengandung ketidakpastian.
Perhatikan Hal Ini untuk Menjadi Value Investor
Keberhasilan seorang investor sangat bergantung pada penerapan metode yang tepat, yang dilakukan dengan cara yang terbaik. Berikut adalah beberapa poin yang dapat mendukung kesuksesan tersebut.
1. Memilih Teknik Analisis yang Tepat
Teknik analisis yang digunakan sangat mempengaruhi hasil investasi. Salah satu teknik yang umum digunakan adalah analisis top-down, di mana investor memulai dengan mengevaluasi kondisi fundamental perusahaan target, diikuti dengan pengamatan terhadap pergerakan saham dan daya beli masyarakat.
Sebaliknya, analisis bottom-up berfokus pada menilai saham secara mendalam, dimulai dari perusahaan itu sendiri, dengan bergantung pada penilaian yang dilakukan oleh investor yang mengelola dana investasi.
2. Mengamati Sektor yang sedang Tren
Menjaga perhatian pada sektor-sektor yang sedang berkembang atau tren sangat membantu dalam memilih saham.
Sebagai contoh, saham perusahaan perkapalan yang mengalami lonjakan harga berkat pembangunan infrastruktur yang masif selama periode pemerintahan saat ini, bisa menjadi pilihan yang cerdas.
3. Memilih Waktu yang Tepat untuk Membeli Saham
Waktu pembelian yang tepat sangat penting, terutama untuk strategi membeli saham undervalue. Pada umumnya, waktu terbaik untuk membeli saham adalah ketika harganya terjangkau dan berada di bawah nilai intrinsiknya.
4. Melakukan Pemantauan secara Rutin
Selain memahami cara melakukan analisis saham, investor juga perlu terus memantau saham-saham yang ada dalam portofolio mereka.
Pemantauan ini harus fokus pada kinerja perusahaan, yang dapat dilihat dari laporan keuangan yang tersedia di website perusahaan atau sumber-sumber lain seperti IDX atau RTI Infokom.
5. Menentukan Waktu yang Tepat untuk Menjual Saham
Waktu yang tepat untuk menjual saham adalah ketika perusahaan yang sahamnya Anda miliki mengalami kerugian signifikan atau menghadapi masalah serius.
Namun, penting untuk tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan jual dan selalu melakukan analisis yang mendalam sebelum memutuskan untuk menjual.
Sebagai penutup, value investing adalah pendekatan yang mengutamakan pemilihan saham dengan harga di bawah nilai intrinsiknya, dengan harapan dapat memberikan keuntungan jangka panjang.
Dengan penerapan yang tepat, strategi ini memungkinkan investor untuk meraih hasil optimal meskipun dengan risiko yang terukur.