PLN Indonesia Power Perkuat Komitmen dalam Transisi Energi Bersih untuk Masa Depan

Selasa, 14 Mei 2024 | 14:26:43 WIB

Jakarta, Dalam upaya memenuhi kebutuhan listrik di masa mendatang dan mendukung target net zero emission, PLN Indonesia Power (PLN IP) menyiapkan berbagai strategi pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT). Langkah ini merupakan wujud komitmen perusahaan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan di masa depan.

Hal ini disampaikan oleh Direktur Utama PLN Indonesia Power, Edwin Nugraha Putra, dalam forum Asia Pacific Energy Talks. Forum yang digelar oleh Siemens Energy dan Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia (MKI) ini mengumpulkan pemangku kepentingan dari negara-negara Asia Pasifik, termasuk Indonesia, untuk membahas isu-isu penting di sektor energi. Tahun ini, forum tersebut diselenggarakan di Jakarta, Indonesia.

Tantangan dan Strategi Menuju Net Zero Emission

Edwin Nugraha Putra menyatakan bahwa mencapai net zero emission bukanlah hal yang mudah. Sebagai Subholding PLN, Indonesia Power berupaya keras menciptakan solusi strategis untuk transisi energi.

"PLN sudah dan terus berupaya keras untuk membuat solusi strategi energi terbaik untuk transisi energi," kata Edwin.

PLN Indonesia Power tidak hanya berfokus pada pemenuhan kebutuhan listrik saat ini, tetapi juga mempersiapkan strategi jangka panjang untuk 35 tahun ke depan. Menurut Edwin, beban listrik di masa depan akan sangat tinggi, sehingga diperlukan pengembangan EBT yang memadai.

"35 tahun dari sekarang beban akan sangat tinggi, jadi kami perlu melihat energi baru terbarukan yang mungkin tersedia di Indonesia," ujarnya.

Pengembangan Teknologi Energi Baru Terbarukan

Saat ini, PLN Indonesia Power telah mulai mengenalkan berbagai jenis EBT seperti hidro, panas bumi, nuklir, dan cofiring amonia. Namun, Edwin mengakui bahwa teknologi ini belum dapat digunakan secara penuh saat ini karena dapat menyebabkan kenaikan biaya listrik. Oleh karena itu, perusahaan menunggu kematangan teknologi untuk mengimplementasikannya secara realistis di masa depan.

"Saat ini kami sudah mulai mengenalkan EBT hidro, panas bumi, nuklir dan cofiring amonia. Namun ini belum dapat digunakan sekarang, karena akan berdampak pada kenaikan biaya listrik. Jadi kami menunggu kematangan teknologi dan kemudian kami akan menggunakannya untuk menekan emisi karbon," jelasnya.

Proyek Hijaunesia 2023 dan Pengembangan PLTS serta PLTB

Sebagai langkah awal dalam mencapai target net zero emission, PLN Indonesia Power telah merancang strategi pengembangan EBT melalui proyek Hijaunesia 2023. Dalam proyek ini, perusahaan memprioritaskan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) dengan total kapasitas 1.055 MW melalui skema Strategic Partnership.

"Melalui inisiatif ini kita genjot pengembangan EBT yang telah tercantum dalam RUPTL 2021 – 2030, dengan kapasitas total mencapai 1.055 MW," kata Edwin.

PLN IP akan mempercepat pembangunan PLTS di lima lokasi dengan total kapasitas 500 MW, dengan target proses pembangunan hingga Commercial Operation Date (COD) yang lebih cepat dari sebelumnya.

"Pembangunan pembangkit tersebut dengan proses paralel antara lain pra-seleksi mitra termasuk kontraktor EPC, pemilihan lender, dan proses perizinan," tutup Edwin.

Halaman :

Terkini