JAKARTA-Shell berencana menutup sekitar 1.000 stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) hingga tahun 2025 sebagai bagian dari komitmennya dalam mendukung transisi energi. Hal ini diungkapkan dalam Laporan Energy Transition Strategy 2024 yang diterbitkan oleh perusahaan tersebut.
Meskipun Shell memiliki sekitar 47 ribu gerai SPBU di seluruh dunia, perusahaan ini belum merinci lokasi penutupan SPBU tersebut. Namun, mereka menjelaskan bahwa fokus ke depannya adalah beralih ke bisnis stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU).
Shell menyadari perkembangan pesat industri kendaraan listrik di China dan Eropa, dan mereka berencana untuk menggenjot jumlah SPKLU yang dimiliki. Saat ini, Shell memiliki sekitar 54 ribu titik tempat pengisian daya kendaraan listrik, dengan target meningkatkan jumlahnya menjadi 200 ribu titik pada tahun 2030.
Perusahaan ini percaya bahwa strategi mereka dalam menggarap bisnis SPKLU di ruang publik lebih efektif daripada menyediakan charging station di rumah. Mereka menyoroti keunggulan lokasi yang dimiliki oleh jaringan global Shell, serta menawarkan fasilitas minimarket di tempat pengisian daya sebagai nilai tambah.
Dalam upaya mengembangkan bisnis pengisian daya kendaraan listrik, Shell menargetkan tingkat pengembalian modal (IRR) sebesar 12 persen atau lebih tinggi. IRR menjadi tolok ukur penting untuk menilai kinerja keuangan suatu bisnis.
Melalui langkah ini, Shell berusaha untuk beradaptasi dengan perubahan pasar dan menjadi bagian dari transisi energi menuju mobilitas yang lebih berkelanjutan.